PURWAKARTA, iNewsPurwakarta.id- Dinamika atas terjadinya konflik di internal legislator Purwakarta masih berlanjut. Terbaru, DPRD bersikukuh Rapat Paripurna tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (PPA) TA 2021 segera digelar agar mereka tak kehilangan jatah uang kegiatan.
Dalih bermotif 'cuan' tersebut dilontarkan Ketua DPRD Purwakarta Ahmad Sanusi alias Amor. Dia berpendapat, anggota dewan ada yang ketakutan tak mendapat cuan jika PPA tidak segera diparipurnakan.
"Jika PPA tidak diparipurnakan, otomatis tidak ada uang kegiatan dewan selama November dan Desember. Angkanya sebesar Rp 9 miliar," kata Amor, Selasa (13/9/2022).
Amor bersikukuh Rapat Paripurna PPA mesti ditunda karena rapat harus mengindahkan tugas-tugas dewan sebagai badan legislasi (baleg).
Dia menilai ada sejumlah anggota dewan yang ingin sidang paripurna PPA segera digelar tanpa menyelesaikan pembahasan dengan OPD terlebih dulu.
Amor melanjutkan, jika situasi kondusif dan harmonis, Rapat Paripurna PPA bisa digelar sebelum tanggal 15 September. Hal itu sesuai saran dan arahan BPKP Perwakilan Jawa Barat.
Sekretaris Komisi 4 DPRD Purwakarta Moh. Arief Kurniawan menanggapi statement Amor soal adanya anggota dewan yang takut kehilangan uang kegiatan.
Dikatakan Arief, jumlah uang kegiatan dewan itu kecil jika dibanding proyek-proyek lain. Tak masalah jika pada akhirnya dia tak menerima uang kegiatan.
"Tak apa-apa. uang dari gaji juga insha Allah sudah cukup bagi saya," ungkap Arief.
Yang justru harus diperhatikan adalah anggaran yang menyita porsi anggaran besar, yang akan stagnan apabila PPA tidak diketuk palu.
Arief mencontohkan, anggaran yang perlu digelontorkan di antaranya anggaran untuk KPU, dan honor untuk tenaga harian lepas (THL),
Dia mempersilakan Amor berasumi dewan takut kehilangan uang kegiatan.
Namun menurut Arief, alasan itu tergantung pola pikir atau cara berpikir masing-masing orang.
"Mungkin pola pikirnya seperti itu, maka itu yang tersampaikan. Jika pola pikirnya lebih luas, maka yang disampaikan juga sesuatu yg lebih luas. Saya tak ingin mengintervensi. Itu tergantung pola pikir masing-masing," katanya.*
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait