get app
inews
Aa Read Next : Bakal Calon Bupati Purwakarta Ivan Kuntara Akan Merilis Hotline. Ini Tujuannya

[OPINI]: Purwakarta, antara Gerakan Perubahan dengan Status Quo

Rabu, 02 Agustus 2023 | 19:42 WIB
header img

Oleh: Tatang Budimansyah*

MARI kita ibaratkan Kabupaten Purwakarta sebagai paras seorang perempuan. Apakah dia cantik, biasa saja, atau malah buruk rupa. Sudah menjadi bahasa umum bahwa kecantikan adalah sesuatu yang nisbi. Tergantung dari siapa yang memandang, suasana yang berkecamuk dalam batinnya, dan persepsi yang terbentuk di benaknya.

Ya, nisbi. Karena setiap orang memiliki suasana batin dan persepsi yang berbeda-beda. Sangat menarik ketika kenisbian ini bercampur baur dengan subyektifitas dalam memandang Purwakarta.

Yang menjadi ‘tukang rias’ wajah Purwakarta adalah kepada daerah alias bupati, dibantu perangkat yang ada di bawahnya. Cantik atau buruk wajah Purwakarta, tergantung kepiawaiannya dalam merias. 

Tapi secantik apapun parasnya, tetaplah jelek bagi pihak yang tak menyukainya. Sebaliknya, seburuk apa pun wajah Purwakarta, sekalipun tak didandani, pastilah dipandang sebagai sebuah kecantikan yang luar biasa. Lagi-lagi, Kembali ke soal bahasa umum bahwa kecantikan itu nisbi. Terlebih dibumbui dengan pandangan yang subyektif.

Menjelang Pilkada Purwakarta 2024, belum lama ini ada kelompok masyarakat yang mengusung jargon gerakan perubahan. Kelompok ini menamakan diri sebagai Gemppur, kependekan dari Gerakan Masyarakat Perubahan Purwakarta. Ivan Kuntara didapuk sebagai ketuanya. 

Saat Gemppur dideklarasikan, secara eksplisit Ivan menyatakan kesiapannya menjadi kontestan dalam Pilkada Purwakarta 2024. Pernyataan Ivan ini boleh ditanggapi dengan apresiasi, atau dengan cibiran. Yang pasti, biasanya para peminat jabatan Bupati atau Wakil Bupati Purwakarta sungkan menyatakan minatnya di saat pelaksanaan Pilkada masih setahun ke depan.

Mereka cenderung merasa nyaman bersikap wait and see. Alhasil, saat Pilkada sudah di depan mata, popularitas tak dapat diraih, dan elektabilitas pun jeblok.
Selain Ivan, ada sosok lain yang sudah memamerkan wajahnya dengan senyum simpul di ruang publik. Di antaranya Saepul Bahri Binzein dan Zaenal Arifin.

Kita kembali ke soal gerakan perubahan.  Ivan Kuntara menyinggung soal kinerja rezim yang saat ini berkuasa, dan rezim sebelumnya. Itu dilakukannya saat dia berorasi dalam acara deklarasi Gemppur. 

Yang disindirnya, mulai dari masalah patung-patung yang tersebar di antero Purwakarta, hingga pohon-pohon yang disarungi. Sebagian ada yang menilai positif konten orasi Ivan ini. Tapi tak sedikit pula yang menilai, Ivan sedang ‘menelanjangi’ rezim. Mereka berpendapat Ivan kurang santun. Saat berorasi, Ivan membandingkan antara kinerja yang telah dilakukan rezim dalam tiga periode terakhir, dengan kinerjanya jika kelak ia menjadi bupati. 

Terlepas dari plus atau minus isi orasi, narasi komparatif yang dilontarkan Irvan sebenarnya hal yang lumrah. Apa yang disampaikannya, sesuai dengan jargon yang diusung, yakni gerakan perubahan. Lain soal jika dia adalah bagian dari rezim, tentu tak elok jika dia bersikap kontradiktif.

Dalam kontestasi politik, kompetisi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bisa dengan gamblang bermain psy war, atau bisa memposisikan diri sebagai korban, yakni playing victim. Atau bisa melakukan kombinasi dari keduanya. 

Itu pilihan setiap kontestan. Tentu saja dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sudah difikirkan secara matang. Apapun pilihan yang diambil, akan selalu membuahkan resistensi dan konsekuensi. 

Termasuk juga jargon yang menjadi pilihan, pasti membuahkan konsekuensi. Gerakan perubahan yang diusung Ivan, sejauh ini belum terasa gemanya. 
Masyarakat masih menanggapinya secara pasif, atau cenderung apriori. Pada saatnya nanti, jika gerakan itu dihembuskan secara intens, boleh jadi pesan yang disuarakan sampai ke benak masyarakat. 

Seperti apa kelak tanggapan masyarakat? Pastilah beragam. Kelompok yang menilai rezim yang saat ini berkuasa buruk, akan berada di garda depan gerakan perubahan. 

Kelompok ini beranggapan wajah Purwakarta  di bawah kepemimpinan Anne Ratna Mustika cemang-cemong. Tak ada yang mesti dibanggakan, apalagi diapresiasi. 
Sebagian besar kebijakan yang diambil Anne dianggap tak sejalan dengan ekspektasi masyarakat.

Sebaliknya, ada pula kelompok yang menilai Anne mampu mendandani Purwakarta sehingga tampak cantik. Kelompok ini merasa nyaman dan menilai Purwakarta di bawah rezim Anne jauh lebih baik daripada rezim sebelumnya. Mereka nyaman dengan predikat status quo, dan anti perubahan. Singkat kata, di mata kelompok ini, Anne berhasil menghantarkan Purwakarta menjadi kabupaten yang lebih istimewa. 

Yang tak boleh dilupakan adalah, setiap rezim memiliki sisi hitam dan putih, bahkan abu-abu. Ada kelebihan, dan ada kekurangannya. Ada keberhasilan, dan ada pula kegagalan.

Gerakan perubahan boleh dimaknai sebagai upaya mengubah sesuatu yang buruk menjadi baik. Atau mengganti sesuatu yang buruk atau lama menjadi sesuatu yang baik atau baru.

Jika makna itu yang diterapkan Gemppur, maka komunitas ini mesti pandai memilah mana kebijakan rezim Anne yang perlu diubah, diganti, atau diperbaharui. 
Selain itu, pilah juga mana kebijakan yang perlu dipertahankan atau diteruskan. Dalam konteks ini, nilai obyektifitas sangat perlu untuk dikedepankan.

Jika bertindak hantam kromo dan sembrono, terlebih saat melakukan propaganda, dikhawatirkan gerakan perubahan hanya sebatas gerakan di ruang hampa. Gerakan tersebut kelak mendapat stigma sebagai sesuatu yang absurd dan nonsens.

Gerakan perubahan tak serta merta berkonotasi positif. Sebaliknya, gerakan anti perubahan atau status quo, tak selalu berkonotasi negatif. 
Adanya komunitas yang mengusung gerakan perubahan, seyogianya dijadikan alarm bagi rezim penguasa. Yang bolong-bolong mesti ditambal. Yang hitam mesti dibuat putih. Dan yang menyimpang diluruskan.

Jangan sampai slogan ‘ASN berakhlak, bangga melayani bangsa’ hanya terpampang di brosur dan poster. Faktanya, saat ini ada ASN yang menjadi tersangka kasus korupsi anggaran Belanja Tak Terduga (BTT).

Perumahan Asabri, 2 Agustus 2023

*Penulis adalah Pemimpin Redaksi iNewsPurwakarta.id, tinggal di Purwakarta

Editor : Iwan Setiawan

Follow Berita iNews Purwakarta di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut