PURWAKARTA, iNewsPurwakarta.id – Di tengah hiruk pikuk politik menjelang Pilkada Purwakarta 2024, muncul wacana akan lahirnya gerakan bernama Millenial Golput. Mereka yang mengusung gerakan ini, menilai kaum millenial masih dianggap sebagai minoritas dalam kancah politik.
Padahal, setidaknya pada perhelatan Pilkada, suara millenial adalah mayoritas secara kuantitas. Merasa termarjinalkan, sekelompok kaum muda akan bergerak secara masif untuk menyuarakan Gerakan Milenial Golput.
Hendro Julianto, salah seorang penggagas Gerakan ini menyatakan, dari sejumlah bakal calon bupati yang beredar, tak satupun yang layak dipilih.
Menurutnya, selama ini kaum millenial cenderung tak memiliki akses untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan para bakal calon bupati.
“Jadi, tidak ada solusi yang konkret. Misalnya soal ketenagakerjaan. Jangankan ingin menciptakan lapangan kerja baru, mempertahankan lapangan kerja yang sudah adapun tak becus,” kata Hendro, Kamis, (15/8/2024).
Hendro tak ingin suara millenial hanya menjadi lumbung penyumbang suara bagi calon bupati yang tidak pasti.
Dia melanjutkan, saat ini para penggagas sedang berembuk untuk menentukan arah pergerakan dan menyamakan persepsi, “Rencananya deklarasi akan digelar pada hari Minggu,” terang Hendro.
Di luar adanya Gerakan Millenial Golput, sejumlah bakal calon bupati melibatkan kalangan muda dalam upaya pemenangan mereka. Di kubu Yadi Rusmayadi, ada komunitas bernama Sahabat Muda Ayadi (SMA). Ada pula Nata Purwakarta, yakni komunitas anak muda pendukung Ivan Kuntara.***
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait