Tanissa Puti Rahmadiva, ‘Putri Enceng Gondok’ dari Pinggiran Waduk Jatiluhur 

Tatang Budimansyah
Tanissa Puti Rahmadiva menenteng eceng gondok di danau Waduk Jatiluhur, Purwakarta untuk dijadikan produk anyaman yang bernilai ekonomi. foto: dok Bumi Kreasi Jatiluhur/iNewsPurwakarta.id

Tak salah jika kebanyakan orang menganggap eceng gondok (eichhornia crassipes) merupakan tanaman pengganggu alias gulma. Itu pula yang terbersit di benak Tanissa Puti Rahmadiva. Benar, pada awalnya dara berusia 24 tahun ini juga berpandangan yang sama dengan sebagian besar masyarakat, hingga pada akhirnya dia malah akrab dan mendapat banyak berkah dari gulma itu.

HAMPARAN eceng gondok yang menutupi permukaan danau Waduk Jatiluhur, Purwakarta Jawa Barat, selalu menjadi awal lahirnya persoalan. Keberadaannya bisa berdampak buruk terhadap aspek lingkungan, ekonomi, dan estetika danau Jatiluhur sebagai destinasi wisata.
Lebih dari itu, jika dibiarkan, serbuan eceng gondok juga mampu merusak kinerja turbin milik Perum Jasa Tirta II (PJT II), BUMN sang pengelola waduk.  Seperti diketahui, turbin berfungsi untuk memutar poros dan menggerakkan generator listrik.

Malah, bandelnya tanaman ini mampu menciptakan horor. Betapa dramatisnya ketika tengah malam tim SAR gabungan berjibaku mengevakuasi 23 wisatawan yang perahunya terjebak hamparan eceng gondok di tengah waduk. Peristiwa itu terjadi pada Minggu, 17 Oktober 2021 silam. 
Beruntung, seluruh warga berhasil dievakuasi, setelah beberapa jam terombang-ambing di tengah danau. Ya, perahu yang mereka tumpangi tak bisa melaju lantaran terhalang eceng gondok.

Belum lagi adanya sejumlah petani jaring apung (KJA) yang merugi. Ini akibat puluhan, bahkan ratusan ton ikan yang hendak mereka jual mengalami mati massal karena telat sampai ke darat. Maka tak mengherankan jika semua pihak berusaha memberangus keberadaan eceng gondok yang bertumbuh secara masif. Tak kurang, pihak PJT II menggunakan alat berat untuk menyapu tanaman pengganggu ini.

“Keberadaan eceng gondok memang merugikan. Mobilitas petani KJA jadi terhambat, ikan hasil budidaya jadi kekurangan oksigen, dan tukang ojek perahu kehilangan cuan karena tak bisa beroperasi,” Tanissa mengawali kisahnya saat berbincang di tepi Waduk Jatiluhur belum lama ini.
Beranjak dari keresahan itu, pada 2021, muncul ide cemerlang dari benaknya. Perempuan yang gemar travelling ini mulai memasukkan eceng gondok yang berada di tepi danau ke dalam karung. Seorang diri.

Tanissa membawa pulang puluhan tanaman itu ke rumah yang jaraknya tak jauh dari danau, di Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur. Dia ingin mencoba membuat anyaman dari eceng gondok.  Dengan keterampilan alakadarnya mengandalkan tutorial dari youtube, dia menganyam batang demi batang eceng gondok yang sudah dikeringkan selama satu minggu. Wow, anyaman itu membentuk sebuah tatakan. Hasilnya? Tentu kurang begitu rapi. Ya namanya juga eksperimen.

Itulah cikal bakal Bumi Kreasi Jatiluhur (BKJ) terbentuk. BKJ yang diprakarsai Tanissa ini merupakan wadah bagi penduduk setempat, untuk berkreasi membuat anyaman dari eceng gondok. 

Namun, jangan dikira niat Tanissa untuk memberdayakan penduduk setempat berjalan mulus. Fase pertama yang dilakukannya sebagai founder BKJ adalah bagaimana meyakinkan warga sekitar, terutama kaum hawa, agar mereka tertarik dengan idenya itu.

Lantas setelah warga tertarik, bagaimana caranya agar mereka mahir menganyam? “Saya mendatangkan seseorang yang ahli dalam bidang anyam-menganyam dari Bandung Barat. Alhamdulillah, warga begitu antusias mengikuti pelatihan yang saya gelar beberapa kali,” terang jebolan UIN Bandung ini. 

Saat ini, Tanissa memiliki 20 pengrajin binaannya yang berasal dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Sukasari dan Jatiluhur. 
“BKJ menerapkan sistem home industry. Pengrajin bekerja di rumah mereka masing-masing, lantas hasilnya dikumpulkan di galeri untuk finishing dan quality control,” ujarnya.

Peraih Wakil 1 Mojang-Jajaka 2021 Purwakarta ini melanjutkan, tujuan didirikannya BKJ adalah untuk pemberdayaan warga dalam upaya meningkatkan taraf ekonomi. “BKJ memegang prinsip berkelanjutan. Jadi, saya mendorong pengrajin mengajarkan ke tetangganya. Tak menjadi soal bagi saya jika pengrajin menerima pesanan mandiri, tanpa terikat BKJ. Tidak ada eksklusivitas,” imbuh Tanissa.

Melestarikan budaya menganyam

Ada dua jenis produk yang dihasilkan BKJ, yakni produk fashion dan home décor. Untuk produk fashion, terdiri dari tas, sandal dan topi. Adapun home décor terdiri dari tatakan gelas, keranjang, dan hiasan dinding. “Alhamdulillah, sandal dan tas buah karya BKJ sudah sampai ke Finlandia dan Polandia. Ternyata orang bule tertarik dengan produk lokal yang unik ya,” terang Tanissa.

Sepanjang berkutat dengan BKJ, perempuan yang selalu energik ini mengaku masih menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya adalah pasar lokal yang kerap menganggap produk kerajinan adalah barang yang murah. Padahal, proses pembuatannya cukup rumit dan memakan waktu.
Selain itu, keberadaan eceng gondok juga tak sebanyak seperti sebelumnya. Gulma ini terus diberantas dengan menggunakan alat berat, karena khawatir akan mengganggu kinerja turbin.

“Kendala lain, adalah soal SDM. Pengrajin yang berjumlah 20 orang saat ini, adalah mereka yang sudah teruji kadar minatnya untuk menganyam. Di samping mereka, banyak pula yang tak konsisten, minatnya setengah-setengah,” ujarnya.  Padahal melalui BKJ, Tanissa berharap produknya bisa lebih dikenal bukan saja oleh pasar lokal, tetapi juga pasar global.

“Saya ingin melestarikan budaya anyaman dengan melibatkan lebih banyak anak muda. Saya berharap mereka sadar bahwa menganyam bukan hal kuno, tapi warisan leluhur yang memiliki nilai ekonomi. Eceng gondok yang dianggap gulma bisa jadi solusi penyelamatan lingkungan dan penghidupan. Ini langkah kecil untuk perubahan besar," papar Tanissa.

Dia juga mempunyai obsesi memperluas upaya pemberdayaan ke daerah lain, yang memiliki permasalahan yang sama terkait eceng gondok. 
Bagi yang tak tertarik dengan kerajinan tangan, imbuh Tanissa, ke depan warga akan diberi peluang untuk mengelola pupuk organik dan briket. “Bahan bakunya sama, dari eceng gondok. Program ini masih dalam tahap riset,” terangnya. 

Seiring dengan waktu, produk anyaman yang dibuat BKJ kerap mengisi pameran-pameran UMKM di berbagai tempat. Sedangkan untuk sehari-hari, produknya dipajang di galeri cindera mata yang berada di pinggir danau Jatiluhur. Galeri ini menjadi pusat perhatian para wisatawan.
Tanissa dengan BKJ yang diprakarsainya, mampu menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan perekonomian.

“Ya, dengan berkurangnya eceng gondok lingkungan jadi bersih, dan warga yang menganggur kini memiliki penghasilan. Itu memang menjadi misi sosial saya,” ujarnya. 

Diakuinya bahwa pernah beberapa kali ada investor yang tertarik menanamkan investasinya di BKJ. “Tapi saya belum menerima. Saat ini saya lebih berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Saya utamakan misi sosialnya dulu. Ketika warga merasa terbantu secara ekonomi oleh BKJ, itu merupakan sebuah kebanggaan,” ujarnya.

Kreativitas Tanissa ternyata mendapat ganjaran. Pada ajang Aksi Nyata Bela Negara Award menyambut Hari Bela Negara (HBN) ke-75 Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Tanissa meraih penghargaan.

Saat itu dia mengajukan proyeknya berjudul "Implementasi bela negara melalui pemanfaatan gulma Eceng Gondok menjadi kerajinan, pupuk, dan briket sebagai wujud aksi bela negara."

Di era Presiden Joko Widodo, Tanissa juga pernah menyabet penghargaan sebagai salah satu Eco-Innovators dari staf khusus Presiden RI Bidang Sosial. Apa yang dilakukan Tanissa dengan eceng gondoknya, dimuat dalam buku ‘Dangerous Humans’ yang ditulis Diaz Hendropriono.

Berkat kegigihannya pula dia dinobatkan sebagai Ambassador Duta Sapulidi (Satuan Pendidikan Peduli Edukasi) untuk daerah aliran sungai (DAS) Citarum  Provinsi Jawa Barat. Tanggungjawab yang diembannya yakni meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan, khususnya di sekitar DAS Citarum. 

“BKJ juga pernah dipercaya untuk berpartisipasi dalam fashion show di Brunei Darussalam. Saat itu kami menampilkan koleksi busana unik berbahan eceng gondok. Ajang ini memang memperkenalkan karya ramah lingkungan Indonesia untuk meningkatkan kesadaran akan keberlanjutan,” terang Tanissa.

‘Terbang’ ke Papua

Saat ini Tanissa sibuk memberikan pelatihan, mentoring dan pendampingan bagi penggiat lingkungan, termasuk komunitas UMKM yang berbasis ramah lingkungan. Selain itu, juga menerima program outing class dan magang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.

Pada Maret 2024, Tanissa diundang dalam rangkaian acara HUT III Menoken di Kebun Tuli Yotoro, Kampung Kwadeware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Dia didaulat memberikan pelatihan kepada Komunitas Menoken Mamta. “Ya, kami sharing untuk memanfaatkan potensi alam sekitar dan potensi masyarakat adat untuk menjaga budaya, tradisi, dan lingkungan,” tuturnya.

Untuk memasarkan hasil kerajinannya, Tanissa mengaku BKJ harus mengikuti perkembangan zaman. Digital maketing, ujarnya, menjadi kebutuhan yang tak bisa ditawar-tawar lagi. 

“BKJ bisa eksis hingga kini, karena kekuatan informasi berbasis digital juga. Ya, selain memasarkan secara offline, saya juga memanfaatkan berbagai platform media sosial. BKJ sudah memiliki tim untuk keperluan itu. Tanpa digital marketing, tak mungkin produk BKJ terjangkau oleh pasar nasional dan global,” ujarnya.

Seperti diketahui, Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) pernah melakukan survei tentang peran platform digital terhadap Pengembangan UMKM di Indonesia.

INDEF menyebut bahwa sebanyak 33,86 persen UMKM yang semula melakukan penjualan secara konvensional, beralih ke penjualan secara online. Sebanyak 5,12 persen UMKM memanfaatkan platform digital sebagai sarana berjualan.

Hasil survei mencatat, dua platform online yang paling banyak digunakan oleh UMKM untuk berjualan adalah aplikasi media sosial (56,30 persen) dan aplikasi e-commerce (47,64 persen).

 “Shopee dengan angka 50 persen, menjadi platform digital yang paling banyak digunakan oleh responden UMKM untuk berjualan online dalam satu tahun terakhir, diikuti dua aplikasi media sosial lainnya,” tulis INDEF.

Saat responden pada survei ini hanya dapat memilih satu platform utama untuk berjualan secara online, Shopee  menjadi aplikasi yang paling sering digunakan oleh pelaku UMKM, yakni sebesar (36,22 persen). Peringkat di bawahnya sebesar 18,50 persen, dan aplikasi Online Food Delivery (16,93 persen).

INDEF juga mencatat bahwa UMKM mengalami peningkatan omzet tahunan dan berhasil menciptakan lapangan kerja baru, setelah melakukan digitalisasi dalam bisnisnya. Peningkatan omzet tahunan rata-rata sebesar 88,37 persen.

Kiprah Tanissa bergelut dengan eceng gondok, selaras dengan program-progam yang dicanangkan Kementerian UMKM. Salah satunya, saat ini kementerian tersebut menjalin kerja sama dengan Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) untuk mengembangkan UMKM dan ekonomi kreatif melalui program Akselerasi Ekspor Kreasi Indonesia (AKSI) 2025. 

Dilansir dari website Kementerian UMKM, Program AKSI 2025 yang diluncurkn pada 26 Mei 2025 ini bertujuan untuk mempercepat ekspor produk kreatif berbasis UKM. Selain itu, juga untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional melalui diplomasi ekonomi kreatif. “Ekonomi kreatif dan UMKM adalah dua wajah dari satu semangat, yakni kemandirian dan inovasi,” ujar Menteri UMKM Maman Abdurrahman dalam acara peluncuran. 

Dikatakannya, produk kreatif Indonesia memiliki daya saing tinggi di pasar global. Sebab, kata dia, produk kreatif Indonesia memiliki kekuatan budaya dan keunikan lokal. Namun demikian, dibutuhkan dukungan menyeluruh agar mampu bersaing secara berkelanjutan.

Dia melanjutkan bahwa para pengusaha kreatif memerlukan ekosistem pendukung, mulai dari kurasi jenama, peningkatan kapasitas ekspor, akses pembiayaan, hingga jejaring global. 

“AKSI merupakan bentuk konkret dari sinergi pemerintah dalam mendukung UMKM kreatif naik kelas,” katanya. Maman melanjutkan, melalui kerja sama ini diharapkan tidak hanya ada fasilitator ekspor, tetapi juga memberikan motivasi bahwa ekspor bisa dimulai bahkan dari skala usaha mikro dan kecil. Pihaknya siap mendukung dari sisi pelatihan, akses pasar, hingga penguatan ekosistem digital.

“Dengan semangat kolaborasi antarkementerian, Indonesia kini melangkah lebih tegas menuju visi sebagai pusat ekonomi kreatif global, yang inklusif, berbasis budaya, dan ditopang kekuatan UKM nasional,” imbuhnya.

Dukungan maksimal dari Kementerian UMKM, tentu saja menjadi suplemen bagi Tanissa untuk lebih menggenjot motivasi dan kreativitasnya bersama BKJ. 

Sepanjang eceng gondok terhampar di danau Waduk Jatiluhur, sepanjang itu pula Tanissa akan terus berkarya. Saking intimnya dengan eceng gondok, Tanissa yang berjuluk sebagai Mojang Purwakarta 2021, boleh jadi mendapat julukan baru, yakni sebagai Putri Eceng Gondok 2025.***
 

Editor : Iwan Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network