PURWAKARTA, iNewsPurwakarta.id - Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas sektor pertanian dalam menghadapi tantangan masa depan Kementerian Pertanian (Kementan) dorong para petani implementasikan smart farming.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, bahwa smart farming adalah solusi pasti bagi peningkatan nilai tambah produk pertanian. Selain itu, sekaligus peningkatan efisiensi sehingga perbaikan ekonomi dan peningkatan produksi bisa diwujudkan.
“Percepatan menuju pertanian modern dapat diwujudkan secara cepat apabila smart farming dapat dikembangkan secara baik," katanya.
Yang pasti, lanjut Syahrul, efisiensi tenaga, waktu dan biaya produksi harus bisa diturunkan hingga 30 persen.
"Dengan efisiensi, marginnya bisa kita naikan. Saya kira semua bisa kita wujudkan dengan kebersamaan. Dan ingat pertanian itu memberi keuntungan dan memberi kebaikan,” paparnya.
Sementara menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi, bahwa smart farming telah terbukti mendongkrak produktivitas, memperbaiki kualitas dan menjamin kontuinitas produksi pertanian.
Hal tersebut, lanjut dia, telah dibuktikan Gapoktan Karya Bhakti di Desa Taringgul Tonggoh, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta Jawa Barat.
“Gapoktan Karya Bhakti sudah mengimplementasikan smart farming, dan mereka dapat menikmati hasilnya,“ ujar Dedi usai melakukan panen dan tanam bersama dilahan milik Gapoktan Karya Bhakti, Kamis (2/3/2023).
Dedi menuturkan, Smart Farming dikembangkan sebagai salah satu respon adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi global. Penerapan Smart Farming dapat mencapai efisiensi biaya dan waktu produksi, peningkatan kualitas dan skala usaha, serta mitigasi iklim melalui penggunaan sumberdaya alam secara bijak.
“Smart farming arahnya adalah, produksinya tinggi tetapi inputnya relatif rendah Inputnya efisien, outputnya efektif. Ada yang memanfaatkan varietas. Nah disini ditanam padi yang berasnya itu khusus, fungsional, dimana berasnya itu dapat mengatasi stunting. Beras ini nilai jualnya lebih tinggi dari beras biasa. Inilah yang dimaksud dengan outputnya lebih tinggi. sehingga bisa menghasilkan pendapatan yang lebih besar, “ ujarnya.
Selain menggunakan varietas unggul, petani desa Taringgul Tonggoh sudah memanfaatkan sumber air yang berkesinambungan. Sehingga mereka bisa terus bertanam hingga tiga kali dalam setahun dengan produktivitas 5,6 - 6 ton/ha diatas rata-rata produksi nasional 5,2 ton.
“Air yang ada tidak terbuang sia-sia, tetapi dibelokan dulu kelahan sawah kemudian tanaman tumbuh, ada yang padi, sayur-sayuran, nah baru air dialirkan ke sungai," terangnya.
Ini artinya, Dedi melanjutkan, efisiensi air luar biasa. Sehingga petani bisa bertanam tiga kali dalam setahun.
"Sembilan bulan air betul – betul dimanfaatkan di Wanayasa ini, air tidak ada yang terbuang, “ ungkapnya.
Dedi menyebut, smart farming di desa Taringgul Tonggoh juga ditandai dengan penggunaan pupuk kompos, pupuk kandang dan pupuk hayati untuk mendorong produktivitas.
"Penggunaan pupuk-pupuk ini sudah biasa dilakukan petani di sini (Taringgul Tonggoh), sehingga biaya produksi menjadi efisien," ucapnya.
Adapun dalam panen dan tanam bersama di Desa Taringgul Tonggoh, Wanayasa, Purwakarta tersebut turut hadir Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Muhammad Amin, Kepala Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor Yusral Tahir, Direktur Polbangtan YoMa Bambang Sudarmanto dan Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta Sri Jaya Midan.(*)
Editor : Iwan Setiawan