Tangis di Balik Senyum Idoh: Ibu di Purwakarta Rawat Suami dan Anak Tanpa Kepastian Pengobatan

PURWAKARTA, iNewsPurwakarta.id – Di sudut Kampung Parapatan, Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, kisah pilu menyelimuti rumah sederhana milik pasangan Mustakim (61) dan Idoh (43).
Dalam keheningan rumah itu, Idoh merawat dua orang yang dicintainya, yakni suaminya yang lumpuh akibat stroke, dan anak bungsunya yang mengidap hidrosefalus sejak usia delapan bulan.
Hidrosefalus, penyakit akibat penumpukan cairan di otak, telah merenggut masa kecil anak mereka. Saat berusia tiga tahun, si anak sempat menjalani operasi pemasangan Ventriculoperitoneal (VP) Shunt di RS Hasan Sadikin, Bandung.
Namun, bukannya membaik, pascaoperasi justru memunculkan perubahan drastis. Anak yang dulu ceria berubah agresif, sering merusak barang, bahkan membahayakan orang sekitar.
“Kadang kami harus mengikat kakinya, hanya agar kami semua tetap aman,” ujar Idoh dengan suara bergetar, Rabu (9/4/2025).
Idoh telah menjual mobil dan seluruh aset keluarga demi biaya pengobatan. Namun seiring waktu, biaya yang terus membengkak membuat langkah mereka terhenti.
Kini, Mustakim tak lagi bisa bekerja setelah terserang stroke akibat tekanan mental yang terus menerus. Beban berat kini seluruhnya dipikul oleh Idoh seorang diri.
Kisah keluarga ini akhirnya sampai ke telinga komunitas sosial Bela Purwakarta. Pendiri komunitas, Aa Komara, bersama relawan lainnya langsung menyambangi rumah Idoh. Mereka memberikan bingkisan Lebaran sekaligus menyampaikan dukungan moral dan komitmen jangka panjang.
“Kondisi anak ini memerlukan pengobatan lanjutan. Kami mengetuk hati pemerintah daerah, bahkan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, agar turun tangan,” tegas Aa Komara.
Kini, harapan itu bergantung pada kepedulian bersama. Di balik kesunyian rumah keluarga Mustakim, ada doa yang tak pernah putus: agar anak mereka bisa kembali menjalani hidup dengan layak, dan sang ibu tak lagi berjuang sendirian. ***
Editor : Iwan Setiawan