PURWAKARTA, iNews.id - Pencabutan subsidi pupuk oleh pemerintah, yang akan dilakukan mulai 1 Juli nanti, membuat para petani di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, resah. Para petani padi merasa keberatan dengan kebijakan ini, karena akan membuat biaya tanam semakin mahal.
"Jelas keberatan dong, kalau pupuk naik, biaya penggarapan sawah jadi tambah mahal," ucap Zaelani (45), petani asal Desa Citalang, Purwakarta.
Pasalnya, lanjut Zaelani, harga gabah saat musim panen terus anjlok, hingga tak sebanding dengan biaya untuk pembelian pupuk.
Hal yang sama dikatakan Jajang (50) petani lainnya. Jajang menilai, kebijakan pemerintah mencabut subsidi pupuk sangat tidak tepat. Karena, menurutnya akan membuat para petani kelimpungan mencari biaya untuk menggarap sawahnya.
Dengan kebijakan pencabutan subsidi pupuk, lanjut Jajang, pasti akan terasa oleh dirinya dan petani lainnya saat ini. Karena di daerahnya, sedang memasuki masa tanam dengan fase pemupukan pertama.
Jajang mengaku, selama ini biaya untuk pembelian pupuk termasuk tinggi, meski ada subsidi dari pemerintah. Jika subsidi dicabut, Jajjang memastikan harga pupuk akan semakin melambung.
"Duh bisa tambah repot, saya harus tambah modal untuk biaya garap. Pasti, dengan dicabutnya subsidi pupuk, harga pupuk akan semakin mahal" ungkap Jajang.
Zealanii dan Jajang, menyesalkan kebijakan (pencabutan subsidi pupuk) ini, ditengah anjloknya harga gabah.
"Harga gabah panen petani saat ini anjlok 350 ribu perkwintal, dari harga sebelumnya yang mencapai 500 ribu rupiah perkwintal," papar Zaelani.
Sementata jenis pupuk yang akan Dicabut subsidinya, yakni pupuk Zulf Amonik (ZA), SP-36 dan pupuk organik granula. Sedangkan pupuk urea dan NPK tetap disubsidi, namun akan dilakukan pembatasan secara ketat, dalam penyaluran.
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait