Peringatan HPSN 2025 di Purwakarta, Menteri Lingkungan Hidup Dorong Santri Kelola Sampah yang Baik

irwan
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Dr. Hanif Faisol Nurofiq saat peringatan HPSN 2025 di Ponpes Al Muhajirirn 3 Purwakarta. (Foto: iNewsPurwakarta)

PURWAKARTA, iNewsPurwakarta.id – Dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, 

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) menggelar acara "Asta Pesantren: Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah di Lingkungan Pondok Pesantren". 

Acara ini dipusatkan di Pondok Pesantren Al Muhajirin 3, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, serta dilaksanakan serentak di tujuh pondok pesantren lainnya di berbagai daerah di Indonesia, yaitu:

1. Pondok Pesantren Nur El Falah, Kabupaten Serang, Banten

2. Pondok Pesantren Eco Daaruttauhid, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

3. Pondok Pesantren Assalam, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah

4. Pondok Pesantren Al Munawwir, Kabupaten Bantul, DIY

5. Pondok Pesantren Nurul Hidayah, Kota Probolinggo, Jawa Timur

6. Pondok Pesantren Islamic Center Al Hidayah, Kabupaten Kampar, Riau

7. Pondok Pesantren Darunnajah, Kabupaten Lampung Timur, Lampung

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, dalam sambutannya menegaskan bahwa pengelolaan sampah yang baik merupakan bagian dari tanggung jawab sebagai khalifah di bumi, sebagaimana diamanatkan dalam Al-Qur’an. Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa kebersihan adalah bagian dari iman, sehingga sudah menjadi kewajiban bagi setiap individu untuk menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan.

"Pondok pesantren memiliki peran besar dalam membentuk karakter santri yang berwawasan lingkungan. Kami berharap pesantren dapat menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah yang efektif, sehingga tidak ada lagi sampah yang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA),” ujar Hanif.

Hanif mengingatkan bahwa peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 bukan hanya sekadar seremoni, tetapi juga menjadi refleksi terhadap dampak buruk pengelolaan sampah yang tidak terkendali. Tragedi longsor TPA Leuwigajah tahun 2005, yang menewaskan 157 orang, menjadi peringatan agar kejadian serupa tidak terulang.

Menurut data KLH/BPLH, pada tahun 2023, total timbulan sampah nasional mencapai 56,63 juta ton, sementara tingkat pengelolaan sampah baru mencapai 39% dari target 100% pada tahun 2025.

Hal ini menunjukkan masih banyak sampah yang tidak terkelola dengan baik dan berisiko mencemari lingkungan.

Sebagai bagian dari gerakan ini, pesantren didorong untuk mengadopsi pola hidup yang lebih ramah lingkungan dengan menerapkan langkah-langkah konkret, seperti:

1. mengurangi sampah dengan menghindari penggunaan produk sekali pakai seperti kantong plastik, sedotan, dan styrofoam;

2. Belanja tanpa kemasan dengan membawa wadah sendiri saat membeli makanan atau barang kebutuhan;

3. Mengelola sisa makanan dengan metode kompos atau pakan maggot BSF; dan

4. mendirikan bank sampah sebagai pusat pengelolaan sampah dan pemberdayaan ekonomi.

"Jika setiap santri menghasilkan 0,5 kilogram sampah per hari, maka di Al-Muhajirin saja akan ada 3.500 kilogram (3,5 ton) sampah per hari. Ini angka yang cukup besar. Kami berharap pesantren dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas dalam menerapkan gaya hidup sadar sampah. Dengan komitmen bersama, kita bisa mewujudkan pesantren yang bersih, nyaman, dan berwawasan lingkungan," tambah Menteri Hanif.

Deklarasi Kader Sadar Sampah

Dalam kesempatan ini, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH berdialog secara virtual dengan tujuh pesantren lainnya, di mana masing-masing pesantren menyampaikan aksi kolaborasi dan program pengelolaan sampah yang telah diterapkan. Sebagai bentuk keseriusan dalam  menjalankan gerakan ini, seluruh pesantren yang berpartisipasi melakukan Deklarasi Kader Sadar Sampah, yang berisi komitmen untuk mengelola sampah secara tuntas dan menerapkan pola hidup ramah lingkungan.

Pada kesempatan yang sama, Menteri LH/Kepala BPLH juga memberikan bantuan operasional berupa: Al-Qur’an bagi para santri; dan peralatan kebersihan, termasuk tempat sampah terpilah dan perlengkapan untuk Kader Sadar Sampah.

Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari gerakan yang lebih luas untuk menjadikan pondok pesantren sebagai pusat perubahan dalam membangun budaya sadar sampah di Indonesia. 

Dengan semangat kebersamaan, kesadaran, dan kepedulian, Indonesia dapat mewujudkan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi mendatang. ***

 

Editor : Iwan Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network