Siang yang terik di awal Oktober 2025. Medi melajukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Tak sengaja pandangan mata perempuan itu tertuju pada sebuah pengumuman yang terpampang di depan Puskesmas di pinggir jalan yang dilintasinya. Dia bergegas memasuki pusat kesehatan masyarakat tersebut. Medi ingin mencari tahu lebih detail ihwal pengumuman yang baru saja dibacanya. Tak dinyana, baginya, dari situlah awal datangnya sukacita karena penglihatan mata kiri putri sulungnya bisa kembali berfungsi.
“MAAF Pak, saya baca di pengumuman, apakah benar ada operasi katarak gratis?” tanya Medi kepada petugas Puskesmas. Yang ditanya mengangguk. Kemudian dia menjelaskan kepada Medi bahwa saat itu memang sedang ada program Operasi Katarak Gratis oleh PT Agincourt Resources. Program sosial ini bertajuk ‘Buka Mata, Melihat Indahnya Dunia.’
“Kalau benar gratis, saya ingin mengobati mata anak saya, Pak,” ujar Medi penuh harap. Air mukanya tampak semringah. Selanjutnya dia menceritakan sebuah insiden tujuh tahun silam yang membuat mata kiri anak sulungnya tak bisa melihat selama bertahun-tahun. Petugas Puskesmas pun menyarankan Medi agar tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
“Bawa saja anak ibu. Pelaksanaan operasinya digelar nanti tanggal 19 Oktober di Rumah Sakit Pandan,” ujarnya. Selanjutnya petugas tersebut menjelaskan tentang prosedur ringan yang harus ditempuh Medi untuk ikut dalam program ‘Buka Mata, Melihat Indahnya Dunia.’
Sesampai di rumahnya di Desa Simarpinggan, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Medi menceritakan kabar baik itu kepada suami dan anak sulungnya, Maria Angelika Aritonang.
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan ayah dan anak ini saat kali pertama mendengar kabar yang disampaikan Medi. Cedera mata kiri Maria akan segera pulih. Itu bukan hanya sebuah angan-angan, tetapi dipastikan akan segera terwujud tanpa harus pusing memikirkan biaya operasi.
Tepat pada waktu yang telah dijadwalkan, Medi mendampingi Maria menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandan, di mana program Operasi Katarak Gratis sedang digelar.
Maria Angelika Aritonang tampak semringah bersama tim medis dan PT Agincourt Resources. foto: dok pribadi.
“Mata kiri Maria tak berfungsi sejak terjadinya insiden di dalam kelas. Peristiwa terjadi saat dia duduk di kelas lima SD. Maria bercanda dengan teman-temannya. Mata anak saya terkena ujung pulpen yang dilempar oleh salah satu temannya,” terang Medi kepada iNewsPurwakarta.id, Sabtu, 1 November 2025.
Puluhan Juta, Uang dari Mana?
Medi bercerita, setelah insiden itu lambat laun ada lapisan putih menutupi mata kiri Maria yang terkena lemparan pulpen. Hari-hari setelah itu adalah hari-hari di mana indera penglihatan Maria hanya sebelah yang masih berfungsi.
Berobat? Saat itu rasanya tak mungkin keinginan Medi untuk memulihkan kondisi mata Maria bisa terwujud. “Setelah bertanya ke sana-sini, diperlukan uang puluhan juta untuk mengobati mata kiri Maria. Uang dari mana? Untuk keperluan makan sehari-hari saja, saya dan suami harus benar-benar banting tulang,” ujar ibu dua anak ini.
Medi tidak sedang membual. Benar, dia dan suaminya, Bunomo Aritonang, memang harus berjuang mempertahankan hidup dengan bekerja sejak pagi hingga menjelang sore. Sejoli ini merupakan buruh penyadap getah karet di kebun milik orang lain.
Keduanya berangkat dengan berjalan kaki, dan baru tiba di lokasi perkebunan karet setelah satu jam kemudian. Mereka tak lagi merasa lelah karena sudah terbiasa menyusuri jalur jalan yang menanjak. Maklum, lokasi perkebunan itu memang berada di kaki gunung.
Rutinitas Medi dan suaminya itu dilakukan enam hari dalam seminggu, “Kami memilih libur setiap hari Minggu untuk menghabiskan waktu di rumah bersama anak-anak,” tutur Medi.
Dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, bisa ditebak betapa keluarga ini menyambut dengan riang ketika mengetahui Agincourt Resources, perusahaan pengelola tambang Martabe, menyelenggarakan program Operasi Katarak Gratis.
Bersama sejumlah warga lainnya, Maria ikut mengantre di RSUD Pandan. Berangsur-angsur, beberapa hari kemudian seusai menjalani operasi ringan selama sekitar 15 menit, mata kiri Maria mulai membaik.
“Saat ini Maria sedang dalam masa pemulihan. Untuk sementara saya tidak pergi menyadap karena harus meneteskan obat ke mata kiri Maria satu jam sekali. Puji Tuhan, kendati belum pulih 100 persen, penglihatan Maria membaik. Dia sudah bisa melihat kembali meskipun masih buram,” ujar Medi.
“Kami sulit mencari kata apa lagi yang lebih layak diucapkan untuk pengelola tambang Martabe, selain ucapan terima kasih yang tak terhingga. Tanpa ada program ‘Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia’, dipastikan mata kiri Maria tak akan berfungsi sampai sekarang,” ujarnya.
Kembalinya Harapan dan Kualitas Hidup
Cedera mata yang dialami Maria, memang bisa menyebabkan terbentuknya katarak yang lazim disebut sebagai katarak traumatik. Dilansir dari National Library of Medicine (NLM), pembentukan katarak jenis ini terjadi setelah trauma mata tumpul atau tembus.
Salah satu pasien dari kalangan lansia yang baru saja menjalani operasi katarak. Foto: dok PTAR
Menurut NLM, umumnya kasus trauma mata mengakibatkan terjadinya pembengkakan lentikular. Katarak traumatik dapat terjadi secara akut atau berkembang perlahan-lahan, seiring dengan perjalanan waktu. Kondisi ini mengakibatkan penderita kehilangan penglihatan jangka pendek atau malah jangka panjang.
Dalam trauma tembus seperti pada kasus Maria, di mana benda tajam menembus mata, katarak traumatik dapat berkembang jika benda tersebut menembus lensa setelah melewati kornea. Lensa mata bisa rusak atau pecah, yang menyebabkan katarak parsial dan kebutaan.
Maria tentu saja merasa bersyukur karena setelah menjadi salah satu peserta program Operasi Katarak Gratis, siswi kelas 3 SMA berusia 17 tahun itu kini kembali memiliki indera penglihatan yang lengkap.
Maria hanya satu dari ribuan warga yang pernah menjadi penerima manfaat program Operasi Katarak Gratis. Dilansir dari situs resmi Agincourt Resources, program sosial ini digelar setiap tahun sejak 2011.
Tahun ini, Agincourt Resources menargetkan mengoperasi 1.400 mata. Program digelar di lima lokasi berbeda, yakni di RS Bhayangkara Batang Toru (26–28 September dan 3–5 Oktober), RSUD Pandan (18–19 Oktober), RSUD Sipirok (25–26 Oktober), RS Mata Siantar (21–23 November), dan RS Mata Mencirim 77 Medan (29–30 November).
“Program Buka Mata, Lihat Indahnya Dunia, menjadi momentum penting untuk memperluas akses kesehatan mata bagi masyarakat, khususnya mereka yang kesulitan menjangkau layanan medis,” ujar General Manager Operations & Deputy Director Operations PTAR, Rahmat Lubis dalam acara pembukaan program tersebut di Puskesmas Batang Toru, Senin, 29 September 2025.
Dikatakannya, sejumlah penderita katarak yang tinggal di area lingkar tambang di Batang Toru dan Muara Batang Toru turut merasakan manfaat program tahunan perusahaan tambang yang beroperasi di Jalan Merdeka Barat Km 2,5, Kelurahan Aek Pining, Batangtoru ini.
General Manager Operations & Deputy Director Operations PTAR, Rahmat Lubis terjun langsung dalam pelaksanaan Operasi Katarak Gratis. Foto: dok PTAR
Rahmat menambahkan, katarak membuat penderita kehilangan produktivitas dan kemandirian. “Maka melalui program ini, Agincourt Resources ingin mengembalikan harapan dan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat, khususnya di lingkar Tambang Emas Martabe,” ucapnya.
Menyelamatkan Belasan Ribu Mata
Sejak kali pertama digelar pada 2011 hingga 2024, tercatat sebanyak 12.173 mata dari 10.684 orang penderita katarak yang berhasil dioperasi. Tak mengherankan jika program sosial ini mendapat apresiasi yang tinggi dari pemerintah daerah setempat.
Saat menghadiri kegiatan di RSUD Sipirok pada 25 Oktober 2025, Bupati Tapanuli Selatan, H. Gus Irawan Pasaribu mengatakan bahwa Operasi Katarak Gratis merupakan bentuk nyata dukungan Agincourt Resources terhadap pelayanan kesehatan masyarakat.
Hal sama diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Tapanuli Selatan, dr. Sri Khairunnisa. Dia berharap agar program ini terus berlanjut sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih banyak warga di wilayah lain.
Selain Operasi Katarak Gratis, Agincourt Resources juga menggelar program lainnya secara rutin di bidang kesehatan. Program tersebut yakni:
Dokter Spesialis Masuk Desa: Sejumlah dokter spesialis mendatangi Puskesmas di pelosok-pelosok desa untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara gratis bagi warga kurang mampu.
Seminar Kesehatan: Digelar untuk meningkatkan kapasitas dan kadar kompetensi para kader posyandu dan bidan. Dalam program ini, Agincourt Resources menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya.
Penanganan Stunting atau Gizi Buruk: Melalui program ini, Agincourt Resources memberikan bantuan nutrisi tambahan dan pemeriksaan Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan secara rutin ini, sasarannya adalah para keluarga yang kurang mampu.
Dalam program Dokter Spesialis Masuk Desa, sepanjang 2024 saja perusahaan ini telah mengobati 3.258 warga. Acara digelar di enam kecamatan di Tapanuli Selatan. Program ini melibatkan Dinas Kesehatan, pihak RSUD Tapanuli Selatan, dan sejumlah Puskesmas.
“Apa yang kami lakukan ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs) ke-3. Ini merupakan salah satu inisiatif perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,” terang Rahmat.
Berbagi Ilmu
Rahmat menambahkan, Agincourt Resources berkomitmen menjalankan operasi tambang yang bertanggung jawab dengan fokus pada dampak positif terhadap kesehatan masyarakat di sekitar area operasional tambang.
Diakuinya, layanan dokter spesialis tak hanya dibutuhkan di Kecamatan Batang Toru dan Muara Batang Toru yang merupakan kecamatan lingkar tambang.
Warga yang berdomisili di luar dua kecamatan itu, juga ingin menjadi penerima manfaat. Maka, Agincourt Resources berinisiatif untuk memperluas area layanannya.
Program Dokter Spesialis Masuk Desa, menjangkau masyakarat kurang mampu yang berada di pelosok desa. Foto: dok PTAR
Dalam praktiknya, pihak perusahaan menghadirkan layanan dokter spesialis anak, spesialis kandungan, dan spesialis penyakit dalam. Untuk keperluan pelayanan, alat kesehatan juga disediakan seperti elektrokardiogram (EKG) dan ultrasonografi (USG).
Adapun program seminar kesehatan, sepanjang 2024 telah enam kali digelar, “Seminar kesehatan merupakan sarana berbagi ilmu dan bertukar pikiran bagi para kader posyandu dan bidan desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat,” ujar Senior Manager Community PT Agincourt Resources, Christine Pepah dalam sebuah kesempatan.
Selain Dokter Spesialis Masuk Desa dan seminar kesehatan, imbuh Christine, Agincourt Resources juga memberikan layanan pemeriksaan dan pengobatan gratis, “Kami memprioritaskan pasien dari kalangan ekonomi menengah ke bawah,” ucapnya.
Aksi-aksi sosial Agincourt Resources akan terus berlanjut. Bukan hanya bidang kesehatan, tetapi juga bidang pendidikan, lingkungan, dan bidang sosial lainnya. Dipastikan akan makin banyak anak bangsa yang tertolong oleh program-program kemanusiaan yang digagas perusahaan tambang ini.
Maria Angelika Aritonang kini bisa memandang dunia dengan leluasa, setelah tujuh tahun didera cedera.***
Editor : Iwan Setiawan
