Suara Kodok
Seni tradisional Sermprong mulai dikenal masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat sejak abad 16 silam. Konon, awalnya alat musik tiup Semprong digunakan sebagai ritual untuk mengusir hama burung di sawah, tolak bala, dan meminta hujan. Seiring perkembangan zaman, kini nyaris dipastikan Semprong tak lagi berfungsi untuk media ritual. Meskipun keberadaannya semakin langka, musik tradisional tersebut masih suka dimainkan pada acara-acara seremonial tertentu. Biasanya para musisi Semprong mendapat order dari instansi pemerintahan dan swasta. Sebagian besar acara seremonial tersebut digelar di hotel-hotel berbintang atau di perkantoran.
Pada puncak HAI yang digelar di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sahroni juga ddaulat memainkan alat music tersebut. Dan itu bukan kali pertama. Pada HAI sebelumnya, Sahroni juga diminta memamerkan ‘kabisanya’ di depan para tamu undangan.
Sebenarnya di tiap kabupaten di Pulau Lombok, memiliki seni tradisional tersebut. Namun, kendati cara memainkannya nyaris sama, namun masing-masing kabupaten punya nama tersendiri. Masyarakat Lombok Utara menyebutnya Suling Dewa, di Lombok Timur dikenal dengan nama Pakon, dan di Lombok Tengah disebut Pendewa.
Seni tradisional Semprong, bisa dimainkan sendiri, dua, tiga, hingga sepuluh orang. Jika dimainkan sepuluh orang, maka masing-masing personel memegang alat musik gendang, gong, suling, rencek, mandolin dan personel lainnya memainkan masing-masing Semprong Besar semprong Sedang, dan Semprong Kecil.
Suara yang keluar dari alat tiup ini terdengar unik. Bisa meniru suara kodok, sapi, atau ular. Semprong Kecil yang berfungsi sebagai melodi atau ritem bersahutan dengan Semprong besar sebagai bas. Perlu keahlian khusus untuk meniupnya. Tanpa mengenal tekniknya, semprong tak bakal mengeluarkan bunyi. Selain keahlian, peniup Semprong harus memiliki nafas yang terlatih dan prima. Tak berlebihan jika alat tiup Semprong dipercaya sebagai terapi bagi penderita gangguan pernafasan dan penyakit insomnia alias sulit tidur.
Nama Semprong berasal dari kata Serempung (Bahasa Sasak yang berarti serumpun). Semprong Besar yang berfungsi sebagai bas berukuran sekitar 1,5 meter, “ Alat tiup tradisional khas Lombok ini dibuat dari kayu lengkukun,” terang Sahroni.*
Editor : Iwan Setiawan