"Untuk tempe ukuran14 x 20 centimeter yang sebelumnya Rp3 ribu kini naik jadi Rp5 ribu. Dan, untuk ukuran 20 x 30, centimeter dari Rp8 ribu naik menjadi Rp11 ribu," imbuhnya.
Jika harga kedelai terus naik, pria asal Pekalongan ini mengaku akan semakin kesulitan dalam biaya produksi dan memasarkan tempe hasil produksinya.
"Seperti saat ini, pembeli banyak yang mengaku kebeeratan dengan tempe yang terus mahal. Terutama pedagang warung. Mungkin mereka bingung menjualnya ke warga,," ungkap Sujoyo.
Sujoyo tentu mengeluhkan kondisi ini. Ia pun berharap pemerintah segera mencari solusi agar harga kedelai tidak terus naik dan pelaku usaha kecil seperti dirinya bisa tetap bertahan.
"Kalau kami demo, percuma, gak bakal di dengar oleh Pemerintah. Kami hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah segera menstabilkan harga kedelai," ucapnya.
Sementara para perajin tahu tempe di Purwakarta masih menggunakan kedelai impor untuk bahan bakunproduksinya. Karena menurut mereka, kacang kedelai lokal yang dicanangkan pemerintan belum bisa memenuhi kebutuhan nasional.
Editor : Iwan Setiawan