PURWAKARTA, iNewsPurwakarta.id - Untuk menghindari kejenuhan, Kepala SMPN Satap 2 Parungbanteng, Sukasari, Purwakarta, Jawa Barat, Mokhamad Aripin terus mencari metode pembelajaran terbaik bagi para siswanya.
Ya, mengadakan kegiatan belajar mengajar di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan yang asri. Hal ini, agar para siswa SMPN 2 satap yang berada di ujung barat Kabupaten Purwakarta ini merasa nyaman saat belajar.
Siswa juga dibagi ke dalam kelompok kecil, terdiri dari empat sampai lima orang per kelompok.
Kepala SMPN Satap 2 Parungbanteng, Mokhamad Aripin mengatakan, melalui kegiatan tersebut, siswa diajak belajar di alam terbuka seperti di pinggir sungai, di bawah pepohonan, saung, dan lapangan terbuka.
"Saya termasuk guru yang out of the box. Tidak mau dikungkung oleh tekstual buku pegangan siswa yang hanya menghabiskan materi bab demi bab. Seringkali saya ajak para siswa untuk belajar di luar kelas atau sekadar jalan-jalan ke taman, sungai atau bahkan perkampungan sekitar. Kini, setelah saya menjabat kepala sekolah, kegiatan belajar diluar kelas dijadikan kegiatan yang wajib para guru di SMPN Satap 2 Parungbanteng ini," Ucap Pria yang akrab disapa Kang Ipin itu, Pada Senin (23/1/2023).
Menurutnya, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
"Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Saya lihat mereka menikmati, di situlah saya bisa memasukkan pembelajaran termasuk nilai-nilai karakter dan ke-Islaman sehingga prosesnya mengalir sempurna," jelas Kang Ipin.
Kang Ipin menilai, belajar di alam terbuka merupakan alternatif untuk memberikan input berupa pengalaman atau mempraktekkan langsung suatu indikator dalam pembelajaran.
"Belajar di alam terbuka bertujuan untuk mendekatkan permasalahan yang dihadapi dengan kenyataan atau fakta yang sebenarnya. Dengan demikian setiap peserta didik diharapkan dapat lebih ekspresif dalam menuangkan hasrat dan ide-idenya ketika berada dalam proses pembelajaran dan juga terbentuk sikap mandiri serta tangguh (survival child) dalam menghadapi segala tantangan ke depan," tuturnya.
Kang Ipin menambahkan, banyak sekali bukan manfaat mengajak siswa belajar di alam terbuka. Para siswa akan merasa nyaman dan tentu saja akan sangat me-refreshbkepenatan siswa dalam belajar.
"Dengan belajar di alam terbuka ini juga akan meningkatkan kecintaan siswa pada alam semesta. Kecintaan siswa pada alam semesta, juga bisa diarahkan kepada kecintaan pada Sang Khaliq ( Pencipta). Dengan memberikan pengertian ini, anak-anak akan semakin terdorong untuk bisa menjaga alam ciptaan Allah SWT sebaik-baiknya," Ungkap pria yang juga menjabat Plt SMPN Parungbanteng 1.
Kang Ipin menambahkan, terkadang, sebagai guru atau orangtua menganggap bahwa mereka baru dikatakan belajar jika berada dalam kelas, ada catatan atau lembar kertas kerja yang harus dikerjakan atau aktifitas sesuai langkah-langkah baku dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang tidak boleh ditinggalkan.
"Pembelajaran di dalam kelas seakan-akan mempersempit ruang gerak siswa. Mereka terbatas oleh dinding-dinding kelas. Namun bila siswa terbiasa belajar di luar ruangan atau di alam bebas, maka anak-anak akan semakin mendapatkan kesempatan untuk bisa berekplorasi secara aktif dan bebas," imbuhnya.
Masih kata Kang Ipin, belajar di alam bisa memberikan nuansa alami sesuai dengan potensi siswa (student’s potential) untuk menemukan konsep-konsep yang akan mereka peroleh melalui proses pembelajaran.
"memberikan keleluasaan bagi para guru untuk mengembangkan bentuk materi dan strategi penyampainnya dalam setiap kesempatan guna menghindari kebosanan (boredem) pada diri siswa. Jadi dengan metode ini, diharapkan tumbuh semangat belajar yang luar bisa dari para siswa," harap Kang Ipin. (*)
Editor : Iwan Setiawan