get app
inews
Aa Read Next : Mengemuka dalam Acara Halal Bihalal: Ivan Kuntara Bukan Calon Bupati Purwakarta!

[OPINI]: Menggolkarkan Anne Ratna Mustika 

Minggu, 13 Agustus 2023 | 13:30 WIB
header img
Tatang Budimansyah

oleh: Tatang Budimansyah*

JABATAN Ketua DPD Partai Golkar Purwakarta yang kosong setelah ditinggalkan Maulana Akbar, kini kembali terisi. Anne Ratna Mustika akhirnya dipercaya menggantikan posisi Maulana Akbar, yang tak lain adalah anak sambungnya.

Ambu, begitu Anne biasa disapa, terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Daerah Luarbiasa (Musdalub) DPD Partai Golkar Purwakarta.

Hajatan digelar di Kantor DPD Partai Golkar Jawa Barat, Jalan Maskumambang, Bandung, Sabtu 12 Agustus 2023.

Banyak yang sebelumnya memprediksi, jabatan Ketua DPD akan diraih Ambu dengan mulus. DPD Provinsi Jabar dan DPD Pusat, memang lebih sreg Ambu yang terpilih, daripada figur lain.

Ini tak lepas dari dinamika yang terjadi di internal Partai Golkar belakangan ini. Kita tahu, Golkar ditinggalkan Dedi Mulyadi (DM). Kita tahu juga bahwa DM adalah mantan suami Ambu.

Hengkangnya DM ke parpol lain, diakui atau tidak, cukup menghentakkan petinggi Golkar. Suka atau tidak, selama berkarier dalam dunia politik, banyak kontribusi DM kepada Golkar.

Partai Golkar dalam lingkup Purwakarta, menjadi menarik ketika  Maulana Akbar (putera DM) mengikuti jejak ayahnya. Hengkang ke parpol lain.

Saat angkat kaki dari Golkar, Maulana menjabat sebagai Ketua DPD. Jika tak angkat kaki, dia seharusnya menjabat hingga 2025.

Golkar Purwakarta pada era Maulana, adalah Golkar di mana sangat kental DMisme. Boleh dibilang, Golkar identik dengan DM.

Terpilihnya  Maulana menjadi Ketua DPD, tak terlepas dari campur tangan DM. Jika bukan anak DM, nyaris tak mungkin dia bisa menduduki jabatan yang sangat strategis ini.

Maka tak heran jika ada yang berpendapat bahwa DM sedang membangun politik dinasti. Dia memasang puteranya di parpol besar, dan menempatkan Ambu yang saat itu masih istrinya di lembaga eksekutif.

Peran DM yang teramat mendominasi di internal Partai Golkar Purwakarta, membuat dinamika di partai ini nyaris tak terasa.

Para kader partai, tak terkecuali kader senior, seperti manut layaknya kerbau dicocok hidung. Kalaupun ada yang tak sejalan dengan langkah DM, mereka memilih hengkang dari Golkar. Pilihan itu diambil, karena mereka tak akan betah jika tetap bercokol namun berkonfrontasi dengan DM.

Mereka yang memilih tetap bercokol, memilih mengikuti irama DM. Konsekuensinya, para kader (sekali pun yang senior) kalah pamor oleh Maulana yang sebenarnya sangat minim pengalaman.

Tak ada yang berani bersikap konfrontatif dengan Maulana yang di belakangnya ada DM. Orang Sunda bilang, pasti neunggar cadas.

Keberadaan DM di Pohon Beringin, membuat para kader tak mampu berekspresi, landai, dan stagnan. Kondisi ini tentu saja dinikmati oleh Maulana.

Saat itu dia menjalankan  aji mumpung. Ya, mumpung ayahnya menjadi sosok yang dikultuskan. Mumpung ibu sambungnya sedang menjadi Bupati.

Dan akhirnya DM hengkang dari Golkar. Bukan sesuatu yang mengagetkan jika Maulana pun ikut hengkang. Karena masih 'bau kencur', dia harus mengekor ke manapun ayahnya berlabuh.

Maulana tak bakal betah bertahan di Golkar, karena sudah tak ada lagi sosok yang membentenginya. Bukan tak mungkin, para kader yang sebelumnya sangat loyal, akan berbalik arah.

Saat ini, DPD Partai Golkar Purwakarta dinakhodai Ambu. Bukan tanpa alasan mengapa DPD Jabar dan Pusat merasa nyaman jika Anne yang terpilih menjadi Ketua DPD.

Alasan sederhana dan yang sangat kentara, adalah karena Ambu tak mungkin ada dalam kendali DM. Ambu dinilai sebagai simbol perlawanan terhadap DMisme, sekaligus sebagai titian ke arah pembaharuan.

Jika Golkar Purwakarta dipimpin sosok selain Ambu, Jabar dan pusat khawatir DMisme akan tetap tumbuh menjalar, menjalar, dan menjalar. 

Bagi Golkar, DM memang sudah menjadi makhluk masa lalu. Tapi, dia masih bisa menggoreng Golkar dengan bumbu racikan seleranya, melalui kader  yang masih menjadi loyalis.

Setelah terpilih menjadi Ketua DPD,  banyak PR yang mesti dikerjakan Ambu, terlebih saat ini adalah tahun politik.

Namun sebelum itu, Ambu harus 'digolkarkan' terlebih dahulu. Dalam arti, segala rasa, ideologi, dan platform Golkar harus benar-benar membumi dalam dirinya.

Sebab, Golkar Purwakarta dipenuhi kader-kader yang senior. Dari waktu ke waktu, Golkar Purwakarta memang selalu melahirkan kader-kader andal. Ambu bisa memanjat setinggi-tingginya di pohon beringin dengan sokongan mereka.

Upaya menggolkarkan Ambu akan berhasil dalam waktu singkat jika Ambu bersikap open minded.

Yang mesti diingat, segenap kader akan memberikan respek yang tulus kepada Ambu. Sikap mereka berbeda saat memberikan respek kepada Maulana.

Rasa hormat kader kepada Maulana, lebih didasari kenyataan bahwa Maulana adalah putera DM. Ketika DM sudah tak lagi melingkari Golkar, rasa hormat kader kepada Maulana akan semakin pupus.

Itu pula yang menjadi salah satu alasan mengapa Maulana buru-buru mengiikuti jejak ayahnya enyah dari Golkar.

Kembali ke soal Ambu. Indikator keberhasilan Mengolkarkan Ambu, bisa dilihat kelak setelah Pileg Purwakarta. Jika perolehan kursi Golkar merosot, maka boleh dibilang dia belum benar-benar membumi dengan Golkar.

Namun jika jumlah kursi Golkar di DPRD mengalami penambahan dari jumlah sekarang, maka Ambu sudah benar-benar identik dengan Golkar. Kader akan meminta dia kembali memimpin Golkar Purwakarta pada Musda 2025 mendatang.

Selain menggolkarkan Ambu, ada agenda lain yang tak kalah urgen. Malah, agenda yang sangat mendesak, yakni menggolkarkan loyalis DM dari paham DMisme.***

Perumahan Asabri Jatiluhur, 13 Agustus 2023

*Penulis adalah Pemimpin Redaksi iNewsPurwakarta.id


 
 

Editor : Iwan Setiawan

Follow Berita iNews Purwakarta di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut