Pilkada serentak pada November mendatang, bukan saja akan diselenggarakan oleh Kabupaten Purwakarta dan kabupaten/kota lainnya di Indonesia. Kabupaten Purwakartun yang bertetangga dengan Purwakarta pun akan menggelar pesta demokrasi lima tahunan ini.
Oleh: Tatang Budimansyah*
BOLEH dibilang, Kabupaten Purwakartun adalah antitesis dari Kabupaten Purwakarta. Perbedaan antara kedua kabupaten ini seperti bumi dan langit.
Tak perlulah kita membahas tentang Pilkada Purwakarta. Karena dipastikan penyelenggaraan Pilkada di kabupaten ini akan berjalan demokratis, mulus, jujur, dan adil.
Di Purwakarta tak akan ditemukan praktik politik uang, menyogok penyelenggara Pilkada, dagang parpol, atau manipulasi suara.
Kondisi sebaliknya akan terjadi di Purwakartun. Hasil obrolan ringan dengan seorang kawan, di Pilkada Purwakartun bakal ada tiga kiblat. Dia menyebutnya sebagai Poros Nanas, Poros Tauco, dan Poros Simping.
Sebelum kawan saya ini menjabarkan, saya sudah menangkap arti dari ketiga poros tersebut. Disebut Poros Nanas karena mengacu kepada domisi Mang Dorokdok, mantan Bupati Purwakartun.
Mang Dorokdok memang mustahil bakal kembali mencalonkan diri menjadi Bupati Purwakartun. Secara de jure, dia sudah bukan siapa-siapa. Di Purwakartun, dia bukan lagi bupati, bukan pula raja.
Tapi secara de facto, kuku kekuasaan Mang Dorokdok masih menancap tajam di kabupaten ini. Segala titah yang terlontar dari mulutnya, adalah kalimat sakti.
Ya, kalimat yang membuat para birokrat Purwakartun ketar-ketir dan berdiri bulu kuduk.
Para birokrat lebih takut kepada Mang Dorokdok ketimbang macan kumbang, beruang kutub, atau ular welang.
Dalam konteks Pilkada Purwakartun, Mang Dorokdok juga mempunyai peran sentral. Dia masih menjadi pengendali. Tak heran jika lahir adagium: Siapapun calon bupati yang didukungnya, pastilah akan berhasil.
Posisi loyalis, simpatisan, dan pengekor Mang Dorokdok, ada di Poros Nanas. Siapapun calon bupatinya (asalkan diberi mandat olehnya), akan diperjuangkan secara all out untuk memenangi Pilkada.
Kita beralih ke Poros Tauco. Nama poros ini mengacu kepada kabupaten tempat asal Neng Aramus, petahana Bupati Purwakartun. Orang-orang yang berada di poros ini, adalah mereka yang simpatik dengan Neng Aramus.
Mereka menilai Neng Aramus berhasil dalam memimpin Kabupaten Purwakartun. Mereka menilai Purwakartun di bawah kepemimpinannya menjadi kabupaten yang bersolek, cantik dan gemulai.
Poros ini juga ditempati orang-orang yang antipati terhadap Kang Dorokdok. Mungkin saja mereka itu mantan loyalis atau pengekor, atau memang yang sudah lama menyimpan rasa sebel.
Poros Tauco adalah kubu yang bakal mengawal Neng Aramus hingga berhasil menjadi Bupati Purwakartun untuk kali yang kedua.
Mereka optimistis akan mampu melindas dan menamatkan dominasi Mang Dorokdok di bumi Purwakartun.
Poros selanjutnya adalah apa yang disebut sebagai Poros Simping. Nama poros ini, juga mengacu kepada sebuah tempat. Sebagian orang ada yang menamakannya sebagai poros tengah.
Kubu ini diisi oleh mereka yang menginginkan Purwakartun memiliki warna baru. Ya, warna yang tidak identik dengan yang pernah ditorehkan oleh Mang Dorokdok maupun Neng Aramus.
Sama dengan Poros Tauco, Poros Simping juga bertekad untuk membumihanguskan atau menamatkan dominasi Mang Dorokdok. Selain itu, poros ini juga tak sudi Purwakartun berada di bawah kepemimpinan Neng Aramus.
Apa pasal? Karena mereka menilai meskipun Poros Nanas dan Poros Tauco adalah dua kubu yang berseberangan, namun tetap saja berada dalam satu warna.
Melihat historisnya, Mang Dorokdok dan Neng Aramus memang pernah berada dalam satu ranjang. Ini ranjang yang benar-benar ranjang lho, bukan kata kiasan.
Poros Nanas menganggap torehan Neng Aramus untuk Purwakartun, merupakan kelanjutan dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan Mang Dorokdok.
Malah, poros ini menilai Neng Aramus tak bakal sukses menjadi bupati di Pilkada 2018, kalau saja saat itu tak diendors oleh Mang Dorongdok.
Dengan kata lain, apa yang dilakukan Neng Aramus untuk Purwakartun, adalah hasil inovasi Mang Dorokdok. Dia tinggal melanjutkan.
Inilah alasan mengapa Poros Simping menganggap Poros Nanas dan Poros Tauco setali tiga uang, alias tidak ada perbedaan.
Sebagian orang yang berada di Poros Simping, adalah mereka yang menginginkan Purwakartun dipimpin oleh putera daerah. Purwakartun mesti dipimpin oleh sosok yang lahir, mengabdi, dan mengakhiri hidup di tempat ini.
Pertanyaannya, siapa dari ketiga poros ini yang kelak bakal berjaya di Pilkada Purwakartun 2024? Terlalu dini untuk menemukan jawaban.
Sebab, politik itu dinamis. Tergantung konstelasi yang terus berkembang. Siapa tahu dalam perjalanannya nanti terjadi koalisi besar sehingga Pilkada Purwakartun hanya melahirkan dua pasangan calon.
Dengan demikian, satu poros akan gigit jari. Jika terjadi head to head, Poros Nanas dan Poros Tauco memang lebih berpeluang menjadi kontestan.
Mang Dorodok dikenal sebagai sosok yang piawai mengobok-obok organ parpol-parpol. Dia tak bakal kesulitan dalam mencaplok sejumlah parpol sebagai perahu bagi kandidat yang disokongnya.
Demikian juga halnya Poros Tauco. Saat ini Neng Aramus menjabat sebagai ketua parpol besar. Dia tak perlu terlalu repot mendapatkan sampan. Berkoalisi hanya dengan satu parpol, maka muluslah Neng Aramus untuk menjadi kontestan Pilkada.
Sekali lagi, politik itu dinamis. Siapa tahu dalam perjalanannya nanti, kandidat dari Poros Simping diajak menjadi tandem Poros Nanas atau Poros Tauco.
Siapa yang bisa menjamin kandidat-kandidat Poros Simping akan tetapa istiqomah? Sekuat apa idealismenya ketika dia ditawari menjadi tandem oleh Poros Nanas atau Tauco?
Dengan demikian, agar tiga poros ini (utamanya Poros Simping) tetap eksis dan tak pupus di tengah jalan, maka diperlukan konsistensi para kandidatnya.
Selain itu, sikap istiqomah dari parpol juga menjadi hal yang amat krusial. Celakanya, di Kabupaten Purwakartun, banyak parpol yang terjebak oleh persoalan transaksional. Parpol direntalkan kepada siapa saja yang mempunyai kocek seabrek.
Sejarah mencatat, pada Pilkada Purwakartun 2018, sejumlah parpol menggelar deklarasi Koalisi Kemerdekaan di sebuah hotel. Nyatanya, koalisi itu luluh lantak hingga akhirnya melahirkan cibiran publik!***
*Penulis adalah penikmat pers, Pemimpin Redaksi iNewsPurwakarta.id
Editor : Iwan Setiawan