Di tengah kesibukannya mengurusi anak, yang bisa dilakukan Juju hanya sebatas menyapu, dan membersihkan sampah dari dalam rumah. Abas dan Juju sejatinya tidak menginginkan banyak anak. Mereka sempat mengikuti program keluarga berencana (KB), namun tidak cocok.
Selain kondisi tubuh Juju yang sering sakit saat mengikuti program KB. Ternyata, Juju juga tetap hamil dan mempunyai anak, sehingga terpaksa menghentikan program KB. Saat Abas belum sakit stroke, keluarga ini tak kesulitan untuk makan meskipun penghasilannya pas-pasan.
Bukan hanya soal makan, keluarga ini juga kesulitan untuk membiaya sekolah anak-anaknya. Rata-rata anak-anak Abas dan Juju yang berhasil lulus SMP hanya anak pertama dan kedua, sedangkan adik-adiknya hanya lulus sekolah dasar, bahkan ada yang tidak lulus sekolah dasar.
Keluarga ini hanya mendapat bantuan keuangan dari seorang anak laki-lakinya yang berusia 18 tahun, karena sudah bekerja sebagai buruh bangunan. Namun, uang itu tidak cukup. Hanya untuk makan saja, Juju mengaku harus membutuhkan 6 kg beras per hari.
Untuk mengurus anak-anaknya yang masih kecil, Juju sering dibantu oleh anak-anaknya yang sudah beranjak remaja. Namun hal itu tak mampu membuat Juju menahan kepedihan. Dia berharap, ada bantuan pemerintah untuk biaya hidup dan sekolah anak-anaknya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta