get app
inews
Aa Text
Read Next : Debat Kedua Pilkada Purwakarta, Paslon Yadi-Pipin Siap Bekerja Profesional Tanpa KKN

Dicari, Bupati Purwakarta yang Tidak Alergi Dikritik

Jum'at, 18 Oktober 2024 | 19:42 WIB
header img
Tokoh masyarakat/praktisi hukum Purwakarta Gegen Diosya Surendageni mengingatkan Bupati Purwakarta kelak jangan alergi terhadap kritikan. foto: iNewsPurwakarta.id/tatang budimansyah

PURWAKARTA, iNewsPurwakarta.id – Kabupaten Purwakarta termasuk sebagai salah satu daerah yang melaksanakan Pilkada serentak 2024. Empat pasangan calon (paslon) menjadi kontestan dalam pesta demokrasi tersebut.

Publik Purwakarta berharap paslon yang kelak terpilih adalah mereka yang mampu memenuhi ekspektasi masyarakat. Salah satu yang didambakan masyarakat adalah memiliki Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta yang tidak merasa alergi jika dikritik.

Tokoh masyarakat yang juga praktisi hukum Purwakarta Gegen Diosya Surendageni mengingatkan, pasangan yang kelak terpilih harus menjadikan kritik sebagai motivasi dan introspeksi. Kritik bisa menjadi spirit dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Bahkan dengan adanya kritik, diharapkan akan lahir autokritik.

Dikatakan Gegen, kritik merupakan tanggapan atau penilaian objektif dan seimbang terhadap suatu hal yang disertai dengan uraian serta pertimbangan baik buruk suatu kinerja. Kritik dapat berupa komentar, tinjauan, atau karya tulis jurnalistik.

“Tujuan kritik untuk meningkatkan pemahaman, memperbaiki kinerja pejabat publik. Kritik yang baik itu disertai dengan analisis, pembuktian, dan penalaran yang rasional. Idealnya kritik harus disertai apresiasi dan memberikan solusi,” ujar Gegen, Jumat (18/10/2024).

Dia menambahkan, dari empat pasang kontestan Pilkada Purwakarta, siapa pun kelak yang menang, harus legowo menerima kritik dari siapapun. Tidak perlu alergi.

Jika bupati anti dikritik, Gegen menyimpulkan secara halus  bahwa bupati telah merasa sempurna. Dia menganggap apa yang dikerjakannya sudah baik dan benar. Tidak perlu ada kritikan dari mana pun. 

“Atau secara ekstrem, saya simpulkan bahwa bupati seperti itu adalah sosok yang otoriter, arogan, egois, dan belum siap mental untuk menjadi pemimpin,” papar Gegen.

Dia menambahkan, bupati yang tak mau menerima kritik, akan menghambat kemajuan dirinya dalam membangun daerah, “Karena dia tak dapat menerima kekurangan atau kelemahan dirinya,” ujarnya.

Gegen juga mengingatkan civil society, ormas, media, dan lembaga lain agar tetap konsisten untuk memberikan vitamin berupa kritikan kepada bupati.

“Mereka harus berperan aktif meluncurkan kritik yang positif kepada rezim terpilih nanti. Namun kritik harus dilontarkan secara profesional, berpegang kepada sifat dan sikap idealisme,” ujar Gegen.***
 

Editor : Iwan Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut