“Kerja itu bukan hanya di pabrik, bisa kuli tembok, bertani, kuli panggul, apa saja. Jangan ada kalimat enggak ada,” ucap Dedi menegur anak tersebut.
Dedi juga menyayangkan anak pertama Nani itu, hanya menggantungkan hidup pada ibunya yang sudah janda. Tak ada kemauan untuk sedikit banyak membantu memperbaiki rumah yang hampir roboh.
“Iya miskin, tapi tetap harus berusaha. Tuh lihat benerin atuh (penyangga atap), minimal tali pakai rafia atau apa, kreatif,” ujar Dedi.
“Dapur, toilet dan di dalam rumah bersih berarti ibunya rajin, tapi anaknya yang kedul (malas),” ujar Dedi melanjutka .
Anak itu lantas diminta oleh Dedi untuk membantu mengangkat barang-barang di rumah untuk dikeluarkan. Sebab rumah tersebut akan dirobohkan dan dibangun agar layak huni.
Sejumlah anak-anak baru pulang sekolah yang menghampiri Dedi langsung diminta untuk membantu mengosongkan rumah. Anak-anak pun dengan riang membantu mengeluarkan sejumlah perabot dari dalam rumah.
“Ini bagian dari pendidikan gotong royong,” ujar Dedi.
Setelah bagian dalam rumah kosong pembongkaran pun dimulai. Dedi Mulyadi dengan cekatan langsung naik ke bagian atap untuk membongkar genting.
“Rumah janda hampir roboh sedangkan anak bujangnya males. Hari ini kita robohkan dan mulai bangun,” katanya dari atas genting.
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait