MAJALENGKA, iNewsPurwakarta.id - Sejak tahun 2018, SIPINDO Apps telah dikembangkan untuk mendorong percepatan perkembangan pertanian di Indonesia. Aplikasi ini adalah bentuk dari kolaborasi beberapa pihak dalam konsorsium yang dinamakan Smartseed, diantaranya, PT East West Seed Indonesia (EWINDO) dan IPB University.
CEO SIPINDO Apps, Muhammad Reza Hanjaya, mengatakan, perangkat ini sengaja diluncurkan guna memudahkan para petani dalam mengakses informasi seputar pertanian. Banyak, fitur-fitur menarik yang ada di aplikasi SIPINDO ini.
“Petani, paling banyak mengakses fitur pemupukan, dimana dapat membantu petani dalam mengatur pemupukan yang berimbang, namun tetap memperoleh hasil yang optimal” ujar Reza, disela-sela kunjungan ke Saung Sawala Learning Farm, Desa Simpereum, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Sabtu (20/7/2024).
Melalui SIPINDO ini, lanjut Reza, pihaknya juga memberikan kesempatan berinteraksi dengan berbagai pihak yang terkait pertanian seperti pedagang, kios pertanian bahkan mahasiswa dan pihak lain yang ingin terlibat dalam pertanian.
Petani juga dapat bertukar pengalaman dengan petani dari daerah lain. Tentunya, untuk menambah wawasan dan mendapatkan informasi harga produk sayuran yang sangat penting.
Fitur yang sudah diperbarui dari SIPINDO juga, diyakini juga oleh Reza, juga dapat digunakan oleh pihak lain, seperti sektor – sektor yang terkait erat dengan sektor Pertanian. Bahkan sampai sektor Perbankan atau dari Pemerintah sekalipun, guna membangun jaringan close loop yang bisa mendekatkan petani dengan sektor usaha lainnya guna mempercepat pembangunan sektor pertanian kedepannya.
Reza meyakini, aplikasi SIPINDO ini cukup efektif dalam membantu produksi petani. Terbukti, sejak dikembangkan aplikasi ini cukup berdampak positif bagi petani di Indonesia. Salah satunya, membuat produksi pertanian meningkat pasca memanfaatkan aplikasi ini.
Selain produksi pertaniannya yang meningkat, para petani mengaku penggunaan pupuk menjadi lebih efisien dan pertumbuhan tanaman maksimal sejak mengikuti arahan yang tertera dalam aplikasi tersebut.
“Aplikasi yang dikembangkan oleh EWINDO ini sekaligus menjadi wujud semboyan kami yakni menjadi sahabat yang paling baik untuk petani,” ujarnya.
Tak hanya itu, SIPINDO ini juga menjadi panduan untuk melakukan praktik pertanian yang baik dan benar untuk menuju pertanian berkelanjutan. Dengan kata lain, aplikasi ini menjadi panduan digital bagi petani untuk mengembangkan budidayanya.
Saat ini, lanjut Reza, sudah ada 115 ribu pengguna SIPINDO. Dari jumlah tersebut, 22 ribunya merupakan user aktif di mana mayoritas adalah perempuan. “SIPINDO ini hanya bisa diunduh melalui handphone android melalui Playstrore,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, petani milenial asal Desa Margacinta, Kecamatan Leuwigoong, Kabupaten Garut, Obur Bahtiar atau akrab disapa Obuy (34), mengatakan, dirinya terjun menjadi petani sekita 14 tahun yang lalu. Lima tahun pertama, Obuy merasakan pahit getir menjadi petani.
“Jatuh bangun saya rasakan menjadi petani di lima tahun pertama. Bukannya untung, saya malah menanggung kerugian,” ujar Obuy.
Obuy memilih menjadi petani cabai keriting di desanya. Awalnya, dia menerapkan pertanian konvensional bersama para petani lain yang usianya jauh di atas dia. Karena keterbatasan informasi dan teknologi, budidayanya tidak berkembang. Bahkan, membawanya ke jurang kebangkrutan.
Akan tetapi, tekadnya menjadi petani sudah bulat. Karenanya, Obuy kembali bangkit. Obuy belajar pertanian dengan cara otodidak. Hingga akhirnya, ia menemukan aplikasi SIPINDO pada tahun 2018 lalu.
Kini, sudah enam tahun berjalan Obuy bersama anggota kelompok tani Marga Tani di desanya selalu menggunakan SIPINDO. Aplikasi ini sangat membantu petani.
“Fitur yang paling disukai mengenai pemupukan yang berimbang, pemberantasan hama penyakit sampai memantai harga komoditi di pasaran,” ujar Obuy, yang kini memiliki 1 hektare lahan cabai keriting.
Dengan menggunakan aplikasi ini, dia mampu menekan biaya produksi sampai 10 persen. Pasalnya, sebelum memakai aplikasi ini, Obuy belum menemukan formula yang tepat untuk pemupukan.
Adapun biaya produksi tanaman cabainya mencapai Rp 5.000 per pohon. Dalam satu hektare lahan ada 20 ribu pohon. Untuk sekali tanam, Obuy mengeluarkan biaya Rp 100 juta.
Sedangkan hasil produksinya, mencapai 20 ton. Saat ini, harga cabai keriting di Pasar Induk Cibitung mencapai Rp 25 ribu per kilogram. Dengan demikian, omzetnya sekali tanam mencapai Rp 500 juta. Adapun Obuy, bisa tanam dan panen dua kali dalam setahun.
“Saya tidak hanya tanam cabai, ada juga tanaman timun, bunga kol, dan tomat. Kalau harga rendah, tidak saya buang, melainkan disedekahkan buat tetangga,” ujar pria lulusan SMA ini.
Menurut Obuy, aplikasi SIPINDO sangat membantu. Terutama, bagi petani milenial seperti dirinya. Adapun petani senior, agak susah melek teknologi. Sehingga, perlu waktu untuk merangkul mereka supaya bisa memanfaatkan teknologi untuk mendorong peningkatkan produktivitas.
Sementara itu, Area Product Development Senior Officer EWINDO Majalengka, Avant Jaya Damarta, kebun yang ada di Majalengka luasnya mencapai 1,2 hektare. Adapun yang dibudidayakan ada 10 jenis komoditi. Seperti, bawang merah, bawang daun, pare, dan lainnya.
“Di kebun ini, kita budidayakan komoditi yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Berbeda dengan kebun utama EWINDO di Purwakarta, di mana di kebun utama memproduksi benih dan juga merisetnya,” ujar Avant.
Dengan kehadiran area percontohan penanaman produk Cap Panah Merah di Majalengka atau yang biasa disebut Learning Farm memadukan inovasi benih sayuran berkualitas dengan teknologi tepat guna SIPINDO terbukti bisa memperlihatkan performa tanaman yang baik. Diharapkan dari kegiatan demo aplikasi SIPINDO khususnya di berbagai Learning Farm milik EWINDO di berbagai daerah Indonesia memberikan kesempatan akses informasi ke banyak petani di Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan yang lebih baik.***
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait