INDEF menyebut bahwa sebanyak 33,86 persen UMKM yang semula melakukan penjualan secara konvensional, beralih ke penjualan secara online. Sebanyak 5,12 persen UMKM memanfaatkan platform digital sebagai sarana berjualan.
Hasil survei mencatat, dua platform online yang paling banyak digunakan oleh UMKM untuk berjualan adalah aplikasi media sosial (56,30 persen) dan aplikasi e-commerce (47,64 persen).
“Shopee dengan angka 50 persen, menjadi platform digital yang paling banyak digunakan oleh responden UMKM untuk berjualan online dalam satu tahun terakhir, diikuti dua aplikasi media sosial lainnya,” tulis INDEF.
Saat responden pada survei ini hanya dapat memilih satu platform utama untuk berjualan secara online, Shopee menjadi aplikasi yang paling sering digunakan oleh pelaku UMKM, yakni sebesar (36,22 persen). Peringkat di bawahnya sebesar 18,50 persen, dan aplikasi Online Food Delivery (16,93 persen).
INDEF juga mencatat bahwa UMKM mengalami peningkatan omzet tahunan dan berhasil menciptakan lapangan kerja baru, setelah melakukan digitalisasi dalam bisnisnya. Peningkatan omzet tahunan rata-rata sebesar 88,37 persen.
Kiprah Tanissa bergelut dengan eceng gondok, selaras dengan program-progam yang dicanangkan Kementerian UMKM. Salah satunya, saat ini kementerian tersebut menjalin kerja sama dengan Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) untuk mengembangkan UMKM dan ekonomi kreatif melalui program Akselerasi Ekspor Kreasi Indonesia (AKSI) 2025.
Dilansir dari website Kementerian UMKM, Program AKSI 2025 yang diluncurkn pada 26 Mei 2025 ini bertujuan untuk mempercepat ekspor produk kreatif berbasis UKM. Selain itu, juga untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional melalui diplomasi ekonomi kreatif. “Ekonomi kreatif dan UMKM adalah dua wajah dari satu semangat, yakni kemandirian dan inovasi,” ujar Menteri UMKM Maman Abdurrahman dalam acara peluncuran.
Dikatakannya, produk kreatif Indonesia memiliki daya saing tinggi di pasar global. Sebab, kata dia, produk kreatif Indonesia memiliki kekuatan budaya dan keunikan lokal. Namun demikian, dibutuhkan dukungan menyeluruh agar mampu bersaing secara berkelanjutan.
Dia melanjutkan bahwa para pengusaha kreatif memerlukan ekosistem pendukung, mulai dari kurasi jenama, peningkatan kapasitas ekspor, akses pembiayaan, hingga jejaring global.
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait