Miniatur Kapal Nusantara: Obsesi Arifin Melestarikan Kearifan Bahari

Tatang Budimansyah
Oleh tangan kreatif Arifin, potongan-potongan kayu jati bekas yang diperoleh dari pembuangan rumah tua, disulap menjadi karya seni berkelas. foto: iNewsPurwakarta.id/tatang budimansyah

Dari berbagai jenis itu, imbuh Arifin, kapal pinisi yang paling banyak diminati. Maka, dia lebih banyak membuat kapal asal Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi warisan budaya dunia itu. Pemesannya tak pernah sepi. Bukan hanya pemesan lokal, tetapi juga dari mancanegara.

Kreativitas Arifin, akhirnya sampai juga ke telinga Dinas Pemuda, Olah Raga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) Kabupaten Purwakarta. Instansi ini tertarik dengan karya Arifin yang dinilai unik. Arifin kerap dilibatkan dalam berbagai pameran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Mulai dari tingkat lokal, regional, hingga nasional.

“Keikutsertaan pertama saya adalah di pameran yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC). Stan saya tak pernah sepi. Selalu dipadati pengunjung. Mereka menilai karya saya mirip dengan kapal sungguhan,” kenangnya. Berawal dari JCC itu, Arifin semakin rajin mengikuti ajang-ajang pameran, baik yang digelar oleh Disporaparbud Purwakarta maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Alhamdulillah, di setiap pameran, karya saya sering mendapat penghargaan. Menjadi juara pertama atau kedua. Misalnya saat pameran yang diadakan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bandung, saya menyabet peringkat pertama,” kenangnya bangga. Sayangnya, Arifin mengaku tak pernah mendokumentasikan ajang-ajang tersebut. Termasuk piagam dan piala yang pernah diraihnya.


Miniatur kapal pinisi hasil kreasi Arifin yang sudah melanglangbuana. foto: iNewsPurwakarta.id/tatang budimansyah

 

Karya Arifin, juga bisa dilihat di Museum Diorama Purwakarta. Di museum yang dibangun pada era Bupati Dedi Mulyadi (kini Gubernur Jawa Barat) ini, terpajang lima kapal, di antaranya kapal pinisi, Lancang Kuning, dan kapal Borobudur dengan masing-masing ukuran panjang 2 hingga 3 meter.

Miniatur kapal karya Arifin semakin dilirik orang. Dia tak memungkiri bahwa ajang pameran dan berita-berita di sejumlah media massa yang tertarik menulis kiprahnya, sangat berkontribusi dalam mengenalkan karyanya ke khalayak.

Pelanggannya berasal dari berbagai provinsi. Tak hanya itu, Arifin mengaku sudah lupa berapa banyak karyanya yang ‘terbang’ ke luar negeri.

“Duta Besar Norwegia pernah pesan kapal atau  perahu Jolloro. Itu tuh, perahu sejenis jukung yang biasa digunakan untuk balap. Selain Norwegia, saya pernah mendapat pesanan dari Jerman, Malaysia, dan China. Ada yang datang langsung ke rumah saya, ada pula yang memesan melalui telepon,” terangnya.

Menolak Pesanan

Diungkapkannya bahwa selama ini dia belum mendengar ada yang kecewa dengan hasil karyanya. Sebaliknya, banyak pemesan yang kembali meminta dibuatkan. Baik untuk koleksi pribadi maupun untuk diberikan kepada orang lain sebagai cendera mata.

Lantas, apa rahasianya sehingga para pelanggan tak pernah ada yang merasa kecewa? “Saya sangat menjaga kualitas. Lebih baik memakan waktu lama dalam proses pembuatan, daripada terburu-buru dengan hasil yang tak sempurna,” ujarnya.

Editor : Iwan Setiawan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5 6

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network