JAKARTA, iNewsPurwakarta.id - Indonesia tengah menghadapi tantangan serius dalam regenerasi pemulia tanaman (breeder), profesi kunci di balik lahirnya varietas unggul yang menjadi fondasi ketahanan pangan nasional. Menyadari pentingnya peran tersebut, Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI) bersama PT East West Seed Indonesia (EWINDO) dan IPB University menyelenggarakan Indonesian Breeder Award (IBA) 2025 bertema “Breeding is Giving” di IPB International Convention Center (IICC), Bogor.
Ajang bergengsi ini dihadiri sekitar 150 peserta dari kalangan pemerintah, akademisi dalam dan luar negeri, pelaku usaha benih, asosiasi, hingga komunitas pertanian. Tujuannya jelas: mendorong inovasi riset pemuliaan, memperkuat kolaborasi lintas sektor, dan menumbuhkan regenerasi pemulia tanaman Indonesia untuk menghadapi tantangan masa depan.
Ketua PERIPI, Prof. Muhamad Syukur, mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia kekurangan pemulia tanaman secara signifikan. Dari sekitar 1.000 pemulia yang terdaftar di PERIPI, hanya sekitar 250 orang yang aktif melakukan penelitian. Padahal, idealnya Indonesia membutuhkan sedikitnya 10.000 pemulia untuk mendukung 30 juta petani di seluruh tanah air.
“Pemuliaan tanaman adalah kunci peningkatan produktivitas dan kualitas pangan nasional. Tahun 2050, kita harus mampu menggandakan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus bertambah. Tantangan iklim dan degradasi lahan hanya bisa dihadapi dengan varietas yang adaptif dan produktif,” ujar Prof. Syukur.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), sebelumnya juga menyoroti ketertinggalan Indonesia dalam riset varietas unggul. Ia mencontohkan ketimpangan efisiensi produksi gula antara Indonesia, Thailand, dan Brasil yang masih disebabkan oleh penggunaan varietas lama. “Kita masih pakai varietas dari zaman Belanda. Harus ada lompatan penelitian baru,” tegasnya.
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait
