PURWAKARTA, iNews.id - Pasutri keluarga miskin yang memiliki 12 anak warga Kampung Mariuk RT 11/ Rw 03, Desa Sinargalih, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menyedot perhatian sejumlah kalangan. Tak terkecuali Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Purwakarta.
Petugas DPPKB Purwakarta, mendatangi rumah pasangan suami istri, yakni Dasep (49) dan Uju (40). Tujuannya untuk memberikan edukasi tentang program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
"Kami mengajak keluarga tersebut untuk ikut ber-KB," kata Kepala DPPKB Kabupaten Purwakarta, Yayat Hidayat, melalui Kabid KB, Idi Junaedi, Jumat (11/3/2022).
Ditambahkan Idi, bersama Kadis DPPKB Purwakarta, mengedukasi keluarga Pak Dasep dan Ibu Uju yang memiliki anak 12 orang itu.
"Alhamdulillah, ibu Uju bersedia untuk ikut ber-KB kembali. Ibu Uju dipasang implant, dan anaknya yang sudah nikah bersedia menggunakan IUD," ungkap Idi.
DPPKKB Beri Edukasi Keluarga Miskin Yang Memilik 12 Anak Untuk di KB
Idi menjelaskan, bahwa program Keluarga Berencana (KB) tidak memaksa pasangan suami-istri (pasutri) hanya memiliki dua anak saja. Namun dengan mengikuti program KB, pasutri dapat mengendalikan kehamilan sesuai yang di rencanakan.
Terkait dengan hal itu, Idi berharap masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang program KB tersebut.
"Program KB kini telah direvitalisasi dengan tagline, kalau terencana semua akan lebih mudah. Karena prinsip dari program ini adalah keluarga yang terencana. Mulai dari perencanaan pernikahan hingga kelahiran anak dan jumlah anak. Kalau terencana, semuanya akan lebih mudah," ujarnya
Selain itu, Idi menambahkan, bahwa dengan mengikuti program KB dapat meningkatkan kualitas keluarga dan tentunya dapat disesuaikan dengan kondisi keluarga itu sendiri.
"Jadi tak ada paksaan atau dibatasi hanya dua anak. Jumlah anak ideal dalam keluarga disesuaikan dengan tingkat kesejahteraan, kesehatan reproduksi dan dukungan ekonomi," ucapnya.
Dirinya sangat mengharapkan peran tokoh agama, tokoh adat memberi pemahaman kepada masyarakat terkait dengan program kependudukan dan pembangunan keluarga.
Sementara Uju, mengaku sebelumnya dirinya pernah mengikuti program KB. Pasutri tersebut sejatinya tidak menginginkan banyak anak, namun uju merasa tidak cocok mengikuti program KB.
Selain kondisi tubuh Juju yang sering sakit saat mengikuti program KB. Ternyata, Juju juga tetap hamil dan mempunyai anak, sehingga terpaksa menghentikan program KB.
"Saya pernah ikut KB tapi gak cocok dan sering sakit, jadi dihentikan aja," singkat Uju.
Editor : Iwan Setiawan