Tanissa Puti Rahmadiva, ‘Putri Enceng Gondok’ dari Pinggiran Waduk Jatiluhur

Namun, jangan dikira niat Tanissa untuk memberdayakan penduduk setempat berjalan mulus. Fase pertama yang dilakukannya sebagai founder BKJ adalah bagaimana meyakinkan warga sekitar, terutama kaum hawa, agar mereka tertarik dengan idenya itu.
Lantas setelah warga tertarik, bagaimana caranya agar mereka mahir menganyam? “Saya mendatangkan seseorang yang ahli dalam bidang anyam-menganyam dari Bandung Barat. Alhamdulillah, warga begitu antusias mengikuti pelatihan yang saya gelar beberapa kali,” terang jebolan UIN Bandung ini.
Saat ini, Tanissa memiliki 20 pengrajin binaannya yang berasal dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Sukasari dan Jatiluhur.
“BKJ menerapkan sistem home industry. Pengrajin bekerja di rumah mereka masing-masing, lantas hasilnya dikumpulkan di galeri untuk finishing dan quality control,” ujarnya.
Peraih Wakil 1 Mojang-Jajaka 2021 Purwakarta ini melanjutkan, tujuan didirikannya BKJ adalah untuk pemberdayaan warga dalam upaya meningkatkan taraf ekonomi. “BKJ memegang prinsip berkelanjutan. Jadi, saya mendorong pengrajin mengajarkan ke tetangganya. Tak menjadi soal bagi saya jika pengrajin menerima pesanan mandiri, tanpa terikat BKJ. Tidak ada eksklusivitas,” imbuh Tanissa.
Melestarikan budaya menganyam
Ada dua jenis produk yang dihasilkan BKJ, yakni produk fashion dan home décor. Untuk produk fashion, terdiri dari tas, sandal dan topi. Adapun home décor terdiri dari tatakan gelas, keranjang, dan hiasan dinding. “Alhamdulillah, sandal dan tas buah karya BKJ sudah sampai ke Finlandia dan Polandia. Ternyata orang bule tertarik dengan produk lokal yang unik ya,” terang Tanissa.
Sepanjang berkutat dengan BKJ, perempuan yang selalu energik ini mengaku masih menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya adalah pasar lokal yang kerap menganggap produk kerajinan adalah barang yang murah. Padahal, proses pembuatannya cukup rumit dan memakan waktu.
Selain itu, keberadaan eceng gondok juga tak sebanyak seperti sebelumnya. Gulma ini terus diberantas dengan menggunakan alat berat, karena khawatir akan mengganggu kinerja turbin.
Editor : Iwan Setiawan