“Ini sama seperti terjadi pada Ganjar Pranowo di Pilpres. Dari sebelumnya memimpin di atas Prabowo, tapi berikutnya turun dan terus menurun sampai ke 16 persenan. Perlu kerja ekstra agar pasangan Anne Ratna–Budi bisa rebound,” ungkap Toto.
Menanggapi hal itu, Kholil mengatakan bahwa lembaga survei sejatinya hanya boleh mempublikaiskan hasil surveinya.
“Mereka (lembaga survei) tak boleh beropini si A akan menang, si B susah menang, atau si C akan kalah. Lembaga survei hanya menjelaskan hasil surveinya dengan metode yang mereka gunakan. Yang boleh beropini itu adalah pengamat,” ujar Kholil.
Dikatakannya bahwa survei tidak meliputi semua komponen atau golongan masyarakat. “Kemungkinan yang disurvei itu hanya kelompok masyarakat tertentu. Misalnya kelompok masyarakat milenial atau masyarakat pedesaan. Belum tentu mencakup keseluruhan golongan masyarakat walaupun dengan random,” imbuhnya.
Kholil menambahkan, hasil survei memang bisa dinamis. “Tak menutup kemungkinan calon yang tadinya berdasarkan hasil survei berada di urutan ketiga, keempat, atau bahkan lebih rendah, bisa melejit setelah ada kepastian dengan siapa pasangannya saat mendaftar ke KPU,” katanya.
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait