Lebih lanjut Maman menyatakan bahwa kunci sukses petani lainnya adalah kemampuan membaca pasar dan adanya bimbingan dari pemerintah dan pihak swasta, terutama dalam mengadopsi teknologi yang tepat. “Sekarang ini, petani harus melek teknologi. Dulu saya juga tidak langsung mengerti, tapi lama-lama belajar, apalagi sering dibimbing sama tim dari Cap Panah Merah. Dari situ saya jadi tahu cara tanam yang lebih efisien, hasil juga makin bagus. Suatu kali bahkan saya pernah mendapatkan keuntungan hingga Rp 2 miliar bertanam cabai di lahan 1,5 hektar,” ujarnya.
Cap Panah Merah adalah sebutan petani untuk perusahaan benih sayuran unggul yang berpusat di Purwakarta, Jawa Barat yakni PT East West Seed Indonesia (EWINDO). Beroperasi di Indonesia selama 35 tahun, perusahaan ini telah menghasilkan lebih dari 400 varietas unggul sayuran mulai dari bayam, kangkung, cabai, tomat, timun, terong, bawang merah, kacang panjang, labu hingga semangka dan melon.
Keberadaan benih unggul berkualitas yang mudah diakses oleh petani ini, membuat petani Indonesia memiliki kemampuan untuk bersaing dengan petani di negara lain. Pasalnya, kualitas benih unggul tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari International Seed Testing Association (ISTA), organisasi independen yang berfokus pada pengembangan dan penerapan standar internasional untuk pengujian benih. ISTA didirikan pada tahun 1924 dan bertujuan untuk memastikan kualitas dan keandalan benih dalam perdagangan internasional.
“Kalau mau sukses bertani, kita harus kerja sama. Selama saya jadi petani, dukungan pemerintah, lembaga swasta, serta komunitas petani lainnya sangat membantu saya. Dengan pendidikan dan pelatihan dari pemerintah dan pihak swasta, saya jadi lebih paham ilmu pertanian yang baik dan benar,” tutur Maman. (***)
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait