Melanggengkan Tradisi dan Warisan Sunda dengan Sekeping Opak

tatang budimansyah
Beragam produk kuliner asli Nusantara dipamerkan di Osaka Expo 2025 di Osaka, Jepang, termasuk opak yang diproduksi Ditarani. Foto: dok Ditarani.

Khazanah kuliner tradisional tatar Sunda tak akan pernah punah. Selalu ada tangan-tangan kreatif yang melestarikannya. Malah lebih dari sekadar melestarikan, tangan-tangan itu menjadikan camilan yang tadinya identik dengan makanan kampung menjadi ‘naik pangkat’. Tak percaya? Berkenalanlah dengan Ditarani Esafia. Sosok ini mampu memanjakan lidah orang Kanada, Korea Selatan, dan Jepang dengan opak buatannya.

PROFESI Ditarani sebelumnya memang tak ada hubungannya dengan bisnis yang digelutinya sekarang. Ya, perempuan 37 tahun ini tadinya adalah seorang perawat. Namun profesinya itu telah dia tanggalkan. Saat ini hari-hari Ditarani disibukkan dengan memproduksi opak.

“Bagi saya, ada kesamaan antara mengurus pasien dengan ‘mengurus’ opak. Dua-duanya memerlukan ketelatenan dan mesti dilakukan dengan penuh suka cita,” ujar Ditarani kepada iNewsPurwakarta.id, Rabu, 5 November 2025.

Sang ayah, Andi Priyatna Esafia, punya peranan penting dalam usaha yang ditekuni Ditarani. Andi-lah yang memulai merintis usaha ini di rumahnya, Desa Kramatmulya, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Obsesi Andi untuk melestarikan eksistensi camilan tradisional, membuatnya memutuskan untuk pensiun dini dari profesinya sebagai seorang PNS.

“Ayah memulai usaha ini pada 2007. Ayah percaya, cita rasa opak sebagai salah satu kuliner warisan nenek moyang, akan diterima oleh lidah setiap orang. Optimisme yang dijunjung ayah itu semakin mengukuhkan tekad saya untuk melakukan ekspansi opak. Benar, ekspansi hingga antarpulau, bahkan antarbangsa,” papar Ditarani.

Saat ini Andi sudah sepenuhnya mewariskan produksi opak kepada Ditarani. Warisan yang tak akan lekang ditelan zaman. Warisan yang menyimpan nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal. Opak bakar buatannya diberi nama Kartika, kependekan dari karya ti kampoeng (karya dari kampung).

Untuk mengejawantahkan ekspansi opak, ada konsekuensi yang harus dipikul Ditarani, “Agar produk saya bisa diterima lidah konsumen, konsekuensinya ya saya harus menjaga kualitas. Di samping itu diperlukan pula inovasi, baik dari packaging, tampilan produk, maupun pemasaran,” imbuhnya.

Berpartisipasi di Indonesia Sharia Economic Festival

Dalam praktiknya, Ditarani membungkus opak hasil produksinya dengan kemasan yang bernuansa modern sehingga sangat menarik secara visual. Dia menyebutnya sebagai kemasan premium. Dari sisi rasa, Ditarani menggunakan bahan baku yang berkualitas. “Saya membuatnya tanpa menggunakan bahan pengawet dan penyedap rasa buatan,” terangnya.

Proses produksi opak untuk memenuhi di kebutuhan pasar, baik lokal, nasional, maupun mancanegara. Foto: dok Bank Indonesia.

 

Untuk memproduksi opak bakar, saat ini Ditarani dibantu oleh enam orang karyawan. Mereka secara konsisten terus memproduksi opak dengan mempertahankan kualitas. Jangan heran jika camilan khas Jawa Barat itu semakin tersebar ke antero Nusantara, terlebih saat Ditarani menerapkan digital marketing untuk memasarkannya.

Jangan heran pula ketika pada akhirnya Ditarani berkesempatan memamerkan opak bakarnya di Jepang dalam Osaka Expo 2025. Dalam event yang digelar pada 13 April-13 Oktober 2025 itu, opak disandingkan bersama produk kuliner lainnya dari berbagai penjuru Tanah Air. Sebelumnya, penganan karya Ditarani ini juga pernah mejeng dalam gelaran pameran di Korea Selatan dan Kanada.

Kesempatan Ditarani untuk mengenalkan cita rasa opak ke lidah orang mancanegera, tak terlepas dari peran Bank Indonesia (BI). Tergabung dalam program Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA) yang digagas BI, Ditarani diikutsertakan dalam event tahunan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF).

Ditarani memiliki visi besar di balik kesuksesannya berekspansi ke taraf nasional, "Saya berharap opak yang merupakan kuliner khas Sunda ini tak hanya bisa dinikmati oleh orang-orang Indonesia saja. Seluruh negara bisa mencoba merasakan nikmatnya camilan unik ini," tuturnya.

Opak dikenal sebagai camilan tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Ada dua jenis opak, yakni yang terbuat dari tepung beras ketan dan tepung singkong. Rasanya pun terdiri dari dua jenis, yakni opak manis dan asin (gurih).

Kukus, Jemur, Bakar

Tak sulit membuat opak, terlebih jika diolah oleh tangan-tangan terampil seperti Ditarani. Tepung beras ketan dan kelapa yang sudah dibersihkan digiling. Setelah itu, beri garam dan air secukupnya. Aduk hingga menjadi adonan.

Adonan yang sudah jadi, dikukus selama empat jam, kemudian dipipihkan. Lalu dibentuk/dicetak dan dijemur selama kurang lebih satu hari. Setelah itu, baru dibakar. 

Camilan bertekstur renyah ini diproduksi oleh para pelaku UMKM di hampir seluruh daerah di provinsi ini, terutama di daerah Priangan Timur. Sejumlah daerah menjadi sentra industri rumahan yang memproduksi opak, di antaranya Kabupaten Garut, Bandung, Tasikmalaya, Subang, Pangandaran, Sumedang, Majalengka, Sukabumi, dan Ciamis.

Biasanya produksi opak dilakukan secara turun temurun. Dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di Bandung, misalnya. Salah satu sentra produksi opak berada di Kampung Sukamanah, Desa Bojong Kunci, Kecamatan Pameungpeuk. Sentra industri rumahan opak lainnya ada di Kelurahan Cigondewah dan Bojongkunci.


Penampakan opak hasil produksi Ditarani, cita rasanya sudah dinikmati oleh lidah mancanegara. Foto: dok Ditarani.

 

Di Kabupaten Sumedang, opak banyak diproduksi di sejumlah desa di Kecamatan Jatigede. Sedangkan di Kabupaten Ciamis, ada di Cigantang. Di Sukabumi ada opak singkong yang dikenal sebagai Opak Jampang. Opak ini diproduksi di beberapa desa di Kecamatan Lengkong.

Di Kabupaten Kuningan? Salah satunya tak lain adalah opak hasil olahan Ditarani ini. Perempuan yang selalu tampil modis ini mengaku mendapat banyak berkah dari usaha camilan asli Nusantara yang digelutinya.

“Dampak ekonominya nyata. Yakni, bisa menciptakan lapangan kerja. Sudah banyak reseller yang meraup cuan. Selain itu, setidaknya saya juga berkontribusi dalam memberdayakan petani beras ketan lokal,” imbuhnya.

Tiga Pilar Kunci

Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian (Diskopdagperin) Kabupaten Kuningan mencatat, hingga Agustus 2025 jumlah UMKM di kabupaten itu sebanyak 84.500.  Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) daerah dan menyerap lebih dari 150 ribu tenaga kerja.

Bupati Kuningan Dian Rachmat Yanuar menjelaskan, kontribusi dari UMKM sangat membantu dalam meningkatkan perekonomian Kabupaten Kuningan. Dia menargetkan lima tahun ke depan, UMKM Kuningan dapat lebih berdaya saing.

“Dengan demikian Kuningan akan mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, bahkan di tingkat nasional,” ujar Dian dalam acara Nusantara Gilang Gemilang (NGG) 2025 di Pesantren Husnul Khotimah Kuningan, 23 Agustus 2025.

Acara tahunan yang kali ini mengusung tema UMKM Berdaya Jawa Barat Meningkatkan Kualitas Produk Negeri, Membangun Pasar Mandiri, dihadiri oleh para pelaku UMKM dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning).


Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar dalam acara Nusantara Gilang Gemilang (NGG) 2025 di Pesantren Husnul Khotimah, Agustus 2025. Foto: dok Setda Kuningan.

 

Saat ini terdapat 49 UMKM di wilayah Ciayumajakuning yang menjadi mitra dan binaan Bank Indonesia Perwakilan Cirebon. Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan UMKM lembaga ini secara intens menjaga stabilitas makroekonomi (moneter, SSK, dan sistem pembayaran).

“Kami menargetkan sasaran antara, salah satunya menghantarkan UMKM agar mampu berdaya saing untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” ujar M. Harun Al Rasyid, Manajer Fungsi Pelaksana Pengembangan UMKM, Keuangan Inklusi dan Syariah (FPPUKIS) BI Cirebon saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu, 9 November 2025.

Dikatakan Harun, dalam implementasinya BI Cirebon bertumpu pada tiga pilar, yakni:

- Korporatisasi UMKM/klaster: penguatan kelembagaan, model bisnis, tata kelola, dan standardisasi.

- Peningkatan kapasitas: pendampingan desain-produk, quality control, branding, dan kesiapan ekspor. Termasuk kolaborasi dengan dunia usaha, akademisi, dan media.

- Intermediasi pembiayaan: penguatan akses ke pembiayaan perbankan/keuangan syariah dan pemanfaatan transaksi digital.


M. Harun Al Rasyid, Manajer Fungsi Pelaksana Pengembangan UMKM, Keuangan Inklusi dan Syariah (FPPUKIS) BI Perwakilan Cirebon. Foto: dok pribadi.

 

Gairah Ekonomi Jawa Barat

Harun menilai, UMKM Ciayumajakuning menunjukkan semangat dan daya juang tinggi dalam berinovasi pada produk dan upaya memperluas pasar. “Kami memposisikan diri sebagai katalis, yakni membantu penguatan produk, kelembagaan/pengelolaan usaha, dan akses pasar,” ujarnya.

Dia berharap para pelaku UMKM di wilayah ini tak henti melakukan formalisasi usaha, “Caranya, dengan meningkatkan sistem pencatatan keuangan, memanfaatkan pembayaran digital/QRIS, menjaga kualitas dan keberlanjutan produksi, serta menyiapkan kepatuhan ekspor yang meliputi standar mutu, legalitas, dan logistik,” ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat dalam rilisnya pada 5 November 2025 mencatat, kondisi ekonomi Provinsi Jawa Barat pada Triwulan III  tahun 2025 tumbuh 5,20 persen (year on year), sedikit di atas nasional (5,04 persen).

Penopang utama Jawa Barat pada periode tersebut adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, dan konstruksi. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 5,43 persen, perdagangan 5,17 persen, konstruksi 5,02 persen, dan industri pengolahan 3,15 persen. 

Dikatakan Harun, Ciayumajakuning menunjukkan pola yang seirama dengan Jawa Barat. Struktur ekonomi yang kuat ada pada manufaktur, perdagangan, pertanian-pangan-perikanan, konstruksi, dan transportasi/pergudangan.

“Ke depan, arus investasi dan aktivitas logistik-manufaktur di Kawasan Rebana menjadi potensi pengungkit tambahan bagi wilayah ini. Terutama jika rantai pasoknya diisi oleh UMKM lokal,” terang Harun.

Jika demikian, maka makin terbukalah peluang bagi Ditarani  dan para pelaku UMKM Ciayumajakuning lainnya untuk melebarkan sayap usaha yang selama ini mereka tekuni.***  

 

Editor : Iwan Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network