Logo Network
Network

Apa itu Rebo Wekasan? Simak Makna dan Amalannya dalam Islam

Kastolani
.
Selasa, 20 September 2022 | 09:57 WIB
Apa itu Rebo Wekasan? Simak Makna dan Amalannya dalam Islam
Foto Ilustrasi : Tradisi Rebo Wekasan. (pixabay)

JAKARTAiNewsPurwakarta.id - Rebo Wekasan. Rebo Wekasan atau Rabu Pungkasan adalah Rabu terakhir di bulan Safar. Tahun ini, Rabu Wekasan jatuh pada Hari Rabu, 21 September 2022. 

Sebagian masyarakat Nusantara, khusunya di Jawa, melakukan ritual khusus di Rebo Wekasan untuk menolak bala' atau musibah yang dipercaya turun di hari itu.

Makna Rebo Wekasan

Di kalangan masyarakat Jawa, Bulan Safar atau Sapar kerap dihubungkan dengan mitos bulan sial dan banyak bencana. Pada masa Arab Jahiliyah, bulan Safar juga disebut bulan sial. 

Dilansir dari Jurnal Theologia IAIN Kudus, masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta, memandang Rebo Wekasan sebagai hari yang dikeramatkan karena dianggap hari tersebut penuh kesialan. 

Sebagai salah satu tradisi lokal, ada perbedaan penyebutan tradisi Rebo Wekasan ini. Sebagian menyebutnya sebagai Rebo Pungkasan dan ada pula yang menyebut Rebo Kasan. 

Akan tetapi, penyebutan yang berbeda-beda ini tetap menunjuk pada maksud yang sama yaitu Rabu terakhir dalam bulan Ṣafar dalam penanggalan Hijriyah.

Sejatinya bulan Ṣafar tidaklah berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Hanya saja Rasulullah pernah menyinggung tentang bulan Ṣafar ini dalam hadisnya:

“Tidak ada penyakit menular, tidak ada mitos, tidak ada prasangka buruk, tidak ada (keramat) bulan Ṣafar.” 

Namun demikian, menurut KH. Abdul Hamid Kudus, bulan Ṣafar memiliki kekhasan tersendiri sebagaimana yang ia tulis dalam kitabnya Kanz al-Najāḥ wa al-Surūr. Kitab ini sering menjadi rujukan bagi sebagian masyarakat Jawa untuk menyelenggarakan ritual Rebo Wekasan.

Rebo Wekasan merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat karena faktor akulturasi budaya Jawa dengan Islam secara intensif. Menurut Ahmad Nurozi, Islam di wilayah Jawa memiliki karakter tersendiri karena banyak prosesi ritual keagamaan yang merupakan perpaduan dari nilai-nilai Islam dengan animisme dan dinamisme. 

Meskipun banyak kalangan yang menganggap ritual Rebo Wekasan hanya sebagai mitos, namun juga tidak sedikit yang masih terus melestarikannya hingga sekarang.

Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah ra disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

لا عدوى ولا طيرة ةلا هامة ةلا صفر وفر من المجذوم كما تفر من الأسد

Artinya: Tidak ada wabah (yang menyebar secara sendirinya), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa.”

Menurut Ibnu Utsaimin rahimahullah, kata Safar dalam hadis tersebut memiliki makna yang bervariasi. Namun yang paling kuat menurut umat Jahiliah adalah sebagai bulan kesialan, sehingga sebagian orang jika selesai melakukan pekerjaan tertentu pada hari ke-25 dari bulan Safar merasa lega, dan berkata, “Selesai sudah hari kedua puluh lima dari bulan Safar dengan baik.”

Ketahuilah, Safar merupakan bulan yang cukup bersejarah. Bulan di mana Allah Swt menurunkan 300.000 musibah yang terjadi pada satu tahun. Al-Syaikh Imam al-Dairabi berkata:

Sebagian ulama Arifin dari Ahli Kasyf menuturkan bahwa pada setiap tahunnya diturunkan 300.000 bala’ (cobaan). Yaitu terjadi pada hari Rabu terakhir dari bulan Safar. 

Pada waktu itu merupakan hari terberat dari sekian banyak di hari selama satu tahun. Keterangan tersebut sesungguhnya mengingatkan kepada kita agar semakin mendekatkan diri, ber-taqarrub kepada Allah Swt. 

Bermuhasabah sesungguhnya tidak memiliki waktu tertentu. Tidak harus dilakukan pada bulan Safar atau Rabu terakhir di dalamnya. Sesungguhnya tidak ada istilah “hari sial” dalam pandangan syari’at. Semua hari adalah sama. 

 

Editor : Iwan Setiawan

Follow Berita iNews Purwakarta di Google News

Bagikan Artikel Ini