OPINI: Spirit Dedi Mulyadi dalam Sosok Saepul Bahri Binjen

Yang menarik, memunculkan nama pada saat pelaksanaan Pilkada masih jauh, bukan merupakan kebiasaan Dedi Mulyadi.
Pada Pilkda yang sudah-sudah, ada kecenderungan dia menentukan nama pada saat injury time. Ya, pada saat penentuan pasangan calon sudah mendekati akhir.
Sekadar flash back, pada Pilkada 2018, ada sejumlah nama yang sebelumnya digadang-gadang akan diusung, dan pada akhirnya Dedi mengusung Anne.
Begitu pula saat Dedi mencalonkan diri menjadi bupati pada Pilkada sebelumnya. Nama Dadan Koswara muncul setelah nama-nama lain mencuat sebelumnya.
Dengan demikian, jika saja Saepul Bahri dihantarkan hingga benar-benar menjadi calon bupati, ini berarti Dedi merubah kebiasaan lamanya.
Alasan lain mengapa Saepul Bahri jangan terburu-buru overconfidence, adalah karena Pilkada harus meniti rangkaian politis.
Pilkada 2024 digelar setelah Pemilihan Legislatif (pileg). Pileg menghasilkan berapa perolehan kursi di masing-masing partai politik (parpol).
Selanjutnya, parpol yang mengusung para calon bupati dan wakil bupati. Apakah parpol harus berkoalisi atau bisa single fighter, tergantung perolehan kursi.
Saat ini, Saepul Bahri adalah fungsionaris Partai Golkar. Tapi, ini tidak serta merta dia mendapat tiket calon bupati.
Mesti diingat bahwa pada aturan Pemilu sekarang, kewenangan untuk menentukan pasangan calon (paslon) bupati dan wabup adalah pengurus pusat.
Aturan ini membuat para pengurus parpol daerah (kabupaten) banyak yang makan hati pada Pilkada 2018.
Editor : Iwan Setiawan