Kisah dari Simarpinggan: Ketika Mata Maria Kembali Mampu Meraih Cahaya
Berobat? Saat itu rasanya tak mungkin keinginan Medi untuk memulihkan kondisi mata Maria bisa terwujud. “Setelah bertanya ke sana-sini, diperlukan uang puluhan juta untuk mengobati mata kiri Maria. Uang dari mana? Untuk keperluan makan sehari-hari saja, saya dan suami harus benar-benar banting tulang,” ujar ibu dua anak ini.
Medi tidak sedang membual. Benar, dia dan suaminya, Bunomo Aritonang, memang harus berjuang mempertahankan hidup dengan bekerja sejak pagi hingga menjelang sore. Sejoli ini merupakan buruh penyadap getah karet di kebun milik orang lain.
Keduanya berangkat dengan berjalan kaki, dan baru tiba di lokasi perkebunan karet setelah satu jam kemudian. Mereka tak lagi merasa lelah karena sudah terbiasa menyusuri jalur jalan yang menanjak. Maklum, lokasi perkebunan itu memang berada di kaki gunung.
Rutinitas Medi dan suaminya itu dilakukan enam hari dalam seminggu, “Kami memilih libur setiap hari Minggu untuk menghabiskan waktu di rumah bersama anak-anak,” tutur Medi.
Dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, bisa ditebak betapa keluarga ini menyambut dengan riang ketika mengetahui Agincourt Resources, perusahaan pengelola tambang Martabe, menyelenggarakan program Operasi Katarak Gratis.
Bersama sejumlah warga lainnya, Maria ikut mengantre di RSUD Pandan. Berangsur-angsur, beberapa hari kemudian seusai menjalani operasi ringan selama sekitar 15 menit, mata kiri Maria mulai membaik.
Editor : Iwan Setiawan