PURWAKARTA, iNewsPurwakarta - PT East West Seed Indonesia (Ewindo), melakukan terobosan nyata dalam mendukung sektor pertanian berkelanjutan.
Untuk tujuan itu, perusahaan benih sayur unggul dan berkualitas yang dikenal dengan sebutan Cap Panah Merah ini, menggandeng Universitas Gajah Mada (UGM) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dukungan untuk pertanian berkelanjutan, mencakup penyelamatan plasma nuftah maupun pengendalian hama, dan pengembalian kesuburan tanah melalui pemanfaatan mikroba sebagai agen hayati.
Managing Director PT Ewindo Glenn Pardede mengatakan, perusahaannya telah berproduksi di Indonesia selama 33 tahun. Pabrik utamanya ada di Kabupaten Purwakarta. Saat ini, ratusan benih sayur yang diproduksi sudah menjadi sahabat petani di Nusantara.
"Yang kami pikirkan adalah bagaimana agar bisa memberikan yang terbaik bagi petani. Value yang penting buat perusahaan adalah bagaimana kami menjadi sahabat petani," ujar Glenn Pardede, di sela-sela acara penandatangan perjanjian kerjasama PT Ewindo dengan UGM dan BRIN, Jumat (31/3/2023) silam.
Sebagai produsen benih sayur unggul dan berkualitas, pihaknya tak hanya mencari keuntungan dari penjualan benih. Ada fokus besar lainnya yaitu bagaimana mendukung sektor pertanian yang berkelanjutan.
Saat ini banyak tantangan yang harus dihadapi petani di lapangan. Tantangan ini, menjadi faktor utama penyebab menurunnya produktivitas.
Salah satu tantangan yang harus dihadapi petani adalah perubahan iklim. Kondisi cuaca yang tak menentu bisa mendatangkan hama penyakit yang menyerang sayuran yang ditanam petani.
Soal kesuburan tanah, harus menjadi fokus perhatian juga. Sebagus apapun benih dan pupuknya, jika tidak didukung oleh kesuburan tanah maka hasilnya tak akan maksimal.
Karena itu, PT Ewindo menggandeng UGM dan BRIN, " tujuannya agar lebih fokus pada kerja sama perlindungan plasma nutfah asli Indonesia. Kami sudah menyerahkan sejumlah varietas sayur ke UGM, supaya ada perlindungan plasma nutfahnya,” tutur Glen.
Dikatakannya, UGM memiliki Bank Genetik (Genebank) sayuran pertama di Indonesia. Sayur yang sudah diserahkan ke UGM, seperti kacang panjang, terong dan lainnya. Dengan cara ini, diharapkan plasma nutfah yang ada bisa terlindungi dari ancaman kepunahan.
Sedangkan dengan BRIN, lanjut Glenn, kerjasama difokuskan pada pengembangan agen hayati mikroba atau pemanfaatan mikroba sebagai bahan utama pupuk hayati.
"Kami ingin ilmu dan wawasan petani Indonesia lebih meningkat. Mereka bisa memanfaatkan ilmu dari peneliti-peniliti kita untuk diterapkan. Sehingga hasilnya bisa menunjang pada meningkatnya produktivitas," ujar Glenn.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama UGM, Ignatius Susatyo Wijoyo, mengatakan, UGM sangat berterimakasih dengan adanya sinergitas yang baik ini. Apalagi, kerja sama ini sudah berlangsung sejak 2016 lalu.
"Kerja sama ini diharapkan bisa melahirkan ketahanan pangan dan swasembada pangan ke depannya. Ini kerja sama yang positif antara lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan perusahaan," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Mikrobiologi Terapan (PRMT) BRIN, Ahmad Fathoni, mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi langkah PT Ewindo yang mau menggandeng para peneliti BRIN.
"Kami siap membantu untuk keberlangsungan sektor pertanian di Indonesia," tutur Ahmad Fathoni.
Menurutnya, banyak yang bisa dikerjasamakan dengan BRIN. Salah satunya, soal mikroba menjadi pupuk hayati. Supaya, lahan-lahan pertanian di Indonesia kembali subur dengan pemanfaatan hasil riset mikroba yang lebih luasnya adalah pupuk hayati.*
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait