Namun begitu, dilihat dari perspektif idealisme politik, bukan sesuatu yang sehat sebagai sebuah praktik politik dalam konteks demokrasi.
“Idealnya, antara idealisme politik yang diwujudkan menjadi bagian dalam parpol (sebagi anggota parpol) dan praktik kebijakan sebagai pejabat politik (sebagai wabup) harus sejalan seiring."
“Jika kenyataannya terjadi sebaliknya, berarti ada komunikasi politik yang tak berjalan efektif di antara para pihak, yakni antara wabup dan parpol yang bersinggungan secara langsung. Inilah yang harus ditelusuri. Tidak akan muncul asap jika tidak ada api,” papar analisis komunikasi politik Universitas Ibn Khaldun Bogor ini.
Dia menambahkan, bagi Bang Ijo, ini akan memiliki kesan negatif untuk karir politik selanjutnya. Citra politik negatif akan terus melekat kuat dalam dirinya.
“Dengan kata lain, political branding negatif akan menjadi bagian dalam perjalanan karier politik Bang Ijo,” imbuhnya.
Ikhwal apakah Bang Ijo wajar ketika memutuskan meninggalkan parpol pengusungnya, Asgun berpendapat bahwa itu tergantung dari sudut pandang publik yang melihatnya.
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait