"Soal simpatisan Kang Dedi yang akan berpindah ke Gerindra, ya memang ada kemungkinan. Namun persentasenya kecil kalau dari kader Golkar. Karena simpatisan yang akan berpindah bukan kader murni Golkar, tetapi kader bawaan dan yang diciptakan Kang Dedi semasa berkuasa. Sementara bagi Gerindra sendiri tidaklah begitu antusias, sebab kehadiran potensi bawaan Kang Dedi melahirkan persoalan baru untuk kader-kader yang sudah berjasa," ujar Agus.
Dia menambahkan, bagi Gerindra bergabungnya Dedi Mulyadi dengan kroni politiknya hanya kepentingan tertentu di Pileg 2024. Dengan tetap menjaga harmonisasi partai, dan tidak akan membiarkan ada ruang untuk mengoyak-ngoyak ke depannya. "Kesimpulannya, sampai saat ini Golkar tidak terpengaruh dengan kepindahan Kang Dedi dan kroninya. Semua tahu dia berpolitik mengandalkan kekuatan pengaruh materi dan birokrasi bawah. Yaitu kekuatan kepala desa dan perangkatnya sampai sekarang," tandas Agus.
"Signifikasi raihan suara Kang Dedi sekarang tidak akan seperti pada Pileg 2019, karena sekarang tak semua kepala desa tunduk di bawahnya. Lalu Golkar pun tidak akan diam, dengan membangun opini yang bisa menggoyahkan arogansi politik Kang Dedi. Banyak yang akan mengalir untuk dijadikan bahan counter attack, dan itu akan terjadi saat menjelang perhelatan Pileg 2024," tambahnya.
Agus berpendapat, dengan kehadiran Dedi Mulyadi, Gerindra setidaknya bisa mengamankan posisi dan mungkin saja menjadi pesaing ketat Golkar. "Soal kedalamannya, Gerindra Purwakarta sudah mendekteksi gejala-gejala yang akan timbul dengan kehadiran Kang Dedi dan bawaannya. Potensi para kader lama Gerindra lebih dominan pergerakannya, tanpa menerapkan embel-embel Kang Dedi. Artinya, diantara mereka ada suasana kebatinan yang disimpan secara rapat," terangnya.
Editor : Iwan Setiawan
Artikel Terkait