Wacana Gerakan Millenial Golput, Praktisi Hukum: Ini Bukti Kekecewaan dari Kaum Millenial

Tatang Budimansyah
Jelang Pilkada Purwakarta, ada wacana akan lahirnya Gerakan Millenial Golput. Para penggagas gerakan ini menilai para bakal calon bupati Purwakarta tak ada yang layak dipilih. foto: ist


PURWAKARTA, iNewsPurwakarta.id – Praktisi hukum Purwakarta Ade Nurdin menanggapi adanya wacana Gerakan Millenial Golput menjelang pelaksanaan Pilkada di Purwakarta.

Dia mengatakan bahwa dari kaca mata hukum, memilih itu hak. Maka, pemilih berhak menentukan pilihan, dan berhak pula memilih ataupun tidak memilih.

Namun demikian,  dalam konteks semangat membangun demokrasi, Ade merasa cukup prihatin jika ada gerakan Golput dari sebagian masyarakat, khususnya anak muda.

“Anak milenial pasti punya alasan tersendiri sehingga memilih untuk Golput. Saya cukup prihatin dan menyayangkan adanya gerakan Golput. Ini bukti kegagalan parpol dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat,” ujar Ade, Kamis (15/8/2024).

Mantan Komisoner KPU Purwakarta ini melanjutkan, idealnya kaum millenial diajak bicara oleh stakeholder, karena merekalah  yang kelak memimpin bangsa ini.

“Gerakan Millenial Golput adalah bukti kekecewaan atau rasa pesimistis dari kaum millenial. Ini harus diantisipasi oleh kita bersama,” imbuh Ade.

Sebelumnya, aktivis muda Purwakarta Hendro Julianto mengatakan bahwa dia bersama rekan-rekannya akan membentuk komunitas bernama Gerakan Millenial Golput.

Mereka yang mengusung gerakan ini, menilai kaum millenial masih dianggap sebagai minoritas dalama kancah politik. Gerakan ini akan dideklarasikan pada Minggu, 18 Agustus 2024. Hendro tak ingin suara millenial hanya menjadi lumbung penyumbang suara bagi calon bupati yang tidak pasti.

Hendro juga menjelaskan, Golput yang dimaksudnya bukanlah akronim dari Golongan Putih.

“Golput di sini adalah Golongan Pemuda Untuk Purwakarta. Kami menggunakan kata Golput untuk mencela cabup yang ada dan kontestasi yang busuk dengan mengedepankan pragmatisme. Kita (sebagai) kaum millenial tidak diberi edukasi politik, ketika suara masih bisa dibeli dengan uang,” kata Hendro.

 Dia melanjutkan, Gerakan Millenial Golput lahir untuk mengkritik calon bupati yang tak memiliki kerangka berfikir dan konsep untuk membangun Purwakarta. 

“Yang kita lihat, mereka hanya menjual barang, tapi tidak tahu kualitas barang tersebut. Kami tidak akan memilih calon yang tidak jelas gagasannya,” ujar Hendro.

Dikatakan Hendro, Gerakan Millenial Golput diisi kaum millenial yang ingin memiliki pemimpin dengan solusi yang konkret terhadap persoalan-persoalan sosial

Hingga saat ini Hendro mengaku belum ada cabup yang membuka ruang diskusi, yang siap isi kepalanya ‘dikuliti’ oleh semua elemen, termasuk millenial. 
“Saya berharap KPU menggelar diskusi terbuka dengan mengundang akademisi senior, mahasiswa, dan kalangan lain. Sehingga dalam Pilkada ini kita tidak memilih kucing dalam karung,” terang Hendro.*** 
 

Editor : Iwan Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network