Padahal, jelas Glenn, dalam bertani perlu mempertimbangkan kelangsungan produksi secara berkesinambungan (sustainable).
"Tantangan yang dihadapi petani di negara tropis memang lebih tinggi dibandingkan dengan petani di negara-negara Eropa. Siklus iklim dingin di Eropa bisa mematikan virus," ucap Glenn.
Salah satu upaya untuk memperkuat produksi benih unggul, kata Glenn, Ewindo berkomitmen untuk mengedepankan riset dan pengembangan benih sayuran tropis melalui pusat pemuliaan di Purwakarta.
Sebagai contoh, pada tahun ini Ewindo yang merupakan produsen benih sayuran hibrida terbesar di Indonesia berinvestasi hingga sebesar Rp60 miliar untuk membangun pusat riset dan pengembangan (riset and development) baru.
"Targetnya produksi benih Ewindo harus tahan terhadap penyakit dan punya potensi produksi yang tinggi. Sebagai contoh produksi bisa ditingkatkan dari semula 2 Kilogram sekali panen menjadi 4 Kilogram," tutur Glenn.
Editor : Iwan Setiawan