Secara eksplisit Binzein sudah mem-branding diri bahwa dia merupakan penerus kepemimpinan Dedi Mulyadi. Tak hanya itu, gestur dan gaya kepemimpinan Binzein pun setali tiga uang dengan Dedi.
Dengan demikian, kendati Binzein adalah new comer dan bukan petahana, maka posisi yang tepat baginya adalah dia merupakan pelaku status quo.
Dengan kata lain, pertarungan status quo versus perubahan pada Pilkada Purwakarta mempertarungkan antara Anne-Binzein versus Yadi-Zaenal.
Binzein ingin mewujudkan keinginan masyarakat yang belum sempat terealisasi pada saat Dedi Mulyadi memimpin kabupaten ini. Dan itulah yang kerap dielaborasi Binzein saat menyambangi masyarakat di berbagai kesempatan.
Binzein hendak memposisikan diri sebagai reinkarnasi dari Dedi Mulyadi. Apapun pilihan yang diambilnya, tentu ada resistensi yang menyertainya.
Para pengagum, pemuja, dan loyalis Dedi Mulyadi, akan melimpahkan dukungannya kepada Binzein. Terlebih, dalam Pilkada Purwakarta Dedi tak tinggal diam. Dia secara intens dan terus-menerus meng-endors Binzein.
Dari sisi sosial, Dedi menanamkan keyakinan kepada masyarakat bahwa Binzein merupakan sosok penerusnya. Dedi juga menyokong Binzein secara politis. Dia membuat manuver-manuver untuk memengaruhi pihak-pihak yang dianggapnya bisa membantu mendulang suara untuk Binzein.
Editor : Iwan Setiawan