get app
inews
Aa Text
Read Next : Polisi Ungkap Kasus Kematian Siswi SMP di Purwakarta, Terduga Pelaku Mahasiswa

Salak, Keringat, dan Beasiswa: Lakon Perjalanan Anak Negeri Menuju Kampus Impian

Selasa, 21 Oktober 2025 | 06:40 WIB
header img
Akbar Soleh makin yakin semangatnya yang menggebu untuk meraih impian, ada di hadapan mata. Foto: dok pribadi.

Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini. - Malcolm X

Setelah menempuh perjalanan selama empat jam sejauh 105 Kilometer, akhirnya Akbar Soleh dan sang ayah tiba juga di Pasar Kayulaut, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. Keduanya bergegas menurunkan delapan karung berisi salak dari mobil angkutan umum L 300 yang baru saja mereka tumpangi. Waktu menunjukkan jam 12 lewat beberapa menit, tengah malam.

RASA pegal menjalar di sekujur tubuh ayah dan anak itu. Tak terhitung pula entah berapa kali mereka menyeka keringat. Maklum, di sepanjang perjalanan keduanya mesti berjejal di antara tumpukan karung dan para penumpang lain. Selanjutnya, usai meletakkan karung berisi salak di salah satu sudut pasar, mereka menuju meja kosong. Ya, meja lapak yang biasa digunakan untuk menjajakan dagangan.

Di atas meja itu keduanya merebahkan diri, lantas terlelap hingga menjelang adzan subuh. Setelah beres menunaikan salat di musala terdekat, keduanya mulai menjajakan salak. Kegiatan itu dilakukan hingga sore hari, sampai akhirnya mereka pulang ke rumah dengan mengantongi kocek hasil menjual buah bersisik itu.  

Saat itu, pertengahan 2020, Covid-19 sedang sengit-sengitnya memorakporandakan Tanah Air. Namun Uba Parlaungan, ayah Akbar, harus tetap menjemput nafkah untuk menghidupi keluarganya. Dia harus tetap berjualan salak. Sebuah rutinitas yang dilakoninya hingga sekarang.

Pemberlakukan kebijakan belajar di rumah saat pandemi mewabah, dimanfaatkan Akbar untuk membantu ayahnya menjajakan salak. Dia masih duduk di bangku SMP kala itu.

“Selama di SMP, saya tak punya prestasi yang bisa dibanggakan. Padahal waktu di SD saya selalu juara kelas, dari kelas 1 hingga kelas 6,” ujar Akbar kepada iNewsPurwakarta.id melalui sambungan telepon, Sabtu, 18 Oktober 2025.

Usut punya usut, rupanya anak kedua dari empat bersaudara ini memendam rasa kecewa yang teramat mendalam. “Saya ingin masuk ke SMP unggulan di Kota Padangsidimpuan. Tapi karena ketiadaan biaya, keinginan saya itu tak kesampaian,” tuturnya.

Editor : Iwan Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut