get app
inews
Aa Text
Read Next : Polisi Ungkap Kasus Kematian Siswi SMP di Purwakarta, Terduga Pelaku Mahasiswa

Salak, Keringat, dan Beasiswa: Lakon Perjalanan Anak Negeri Menuju Kampus Impian

Selasa, 21 Oktober 2025 | 06:40 WIB
header img
Akbar Soleh makin yakin semangatnya yang menggebu untuk meraih impian, ada di hadapan mata. Foto: dok pribadi.

Akbar, kelahiran Desa Sisundung, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan ini, sejak di bangku SD memang sudah terobsesi ingin menggapai jenjang pendidikan setinggi mungkin. Tapi, jika menilik kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, apakah obsesinya itu akan terejawantahkan? 

“Waktu kelas 5 SD, saya pernah juara ke-2 Olimpiade Matematika tingkat Kabupaten Tapanuli Selatan. Dari situ muncul semangat ingin melanjutkan pendidikan di sekolah unggulan, baik SMP, SMA, sampai kuliah. Maka saya sempat down ketika tak bisa masuk ke SMP yang saya harapkan. Semangat belajar menurun drastis,” tuturnya.

Kuliah Hanya Impian Kosong?

Bersyukur, rasa kecewa itu terobati ketika lulus SMP dia diterima di sebuah SMA unggulan. Bukan hanya diterima, di sekolah itu dia malah memperoleh beasiswa. Tak heran jika semangat belajarnya kembali berapi-api.

Di SMA, dia pernah menjadi Juara 1 lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN) Bidang Geografi di dua event, yakni di tingkat Kabupaten Deli Serdang dan tingkat Provinsi Sumatra Utara. Ajang bergengsi ini digelar oleh Pusat Prestasi Nasional Kemdikbudristek. 

PT Agincourt Resources, perusahaan pengelola tambang emas Martabe, pun meliriknya. Setelah melamar dan menjalani serangkaian proses seleksi, Akbar resmi menjadi salah satu penerima Beasiswa Martabe Prestasi (BMP) pada 2024. “Saya diterima di Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan Teknik Elektro. Saat ini saya di semester tiga,” terang pemuda 19 tahun itu.

Akbar menuturkan, jika tak mendapat beasiswa, dia pesimistis bisa melanjutkan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi. “Berkat beasiswa ini, saya bisa melanjutkan kuliah,” ujar Akbar terbata-bata.

Membahas soal salak, cerita Akbar setali tiga uang dengan yang dilontarkan Meidi Mardia Pane yang juga penerima BMP. Jika ayah Akbar adalah penjual salak, maka ayah Meidi adalah seorang buruh tani di sebuah perkebunan salak.

Meidi menghabiskan masa kecilnya di Desa Sitinjak, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. “Ayah saya seorang buruh tani salak, sementara ibu berjualan kue. Selepas SMA, keinginan untuk kuliah sebenarnya ada. Tapi saat itu terasa sangat sulit karena biaya kuliah mahal. Saya sempat berpikir bahwa kuliah hanya sebuah impian kosong,” tutur Meidi, Minggu, 19 Oktober 2025.

Editor : Iwan Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut