Miniatur Kapal Nusantara: Obsesi Arifin Melestarikan Kearifan Bahari
Sangat tepat jika ada yang mengatakan bahwa Arifin merupakan sosok perfeksionis. Lihat saja, miniatur-miniatur kapal yang dibuatnya, tampak sangat sempurna dan menyerupai kapal yang sebenarnya. Detail terkecilpun tak luput dari sentuhan tangannya.
“Agar kualitas tetap terjaga, saya harus fokus membuat kapal yang sudah dipesan. Saya tidak mau menerima pesanan selanjutnya apabila pesanan sebelumnya belum rampung dikerjakan. Harus beres dulu,” terang Arifin.
Dia mengaku pernah mendapat tawaran pesanan sebanyak 20 miniatur kapal pinisi per bulan dari Malaysia, secara rutin. Kalau saja Arifin menyanggupi permintaan tersebut, sudah bisa dipastikan cuan ada di depan mata. Tapi permintaan itu dengan terpaksa ditolaknya.
Penyebabnya? Arifin tahu diri. Tak mungkin dia membuat 20 miniatur kapal dalam waktu sebulan. Perlu diketahui bahwa saat itu Arifin mengerjakannya seorang diri. Kalaupun dibantu oleh beberapa orang, tenggat waktu tetap tak mungkin terkejar.
Sebenarnya Arifin bisa saja mengerjakannya sesuai tenggat waktu, dengan konsekuensi dikerjakan dengan asal-asalan. “Nah, itu yang saya tidak mau. Lebih baik saya menolak, daripada pemesan nantinya kecewa karena kualitas karya saya jelek. Saya lebih mementingkan kualitas agar pelanggan tak kecewa,” tandasnya.
Semua kerajinan tangan karya Arifin ini terbuat dari kayu jati. Kecuali untuk detail kecil dan ornamen-ornamen tertentu, dia menggunakan bambu dan kayu jenis lain. “Ya, 90 persen dari kayu jati tua yang dijamin tahan lama. Tak sulit bagi saya memperolehnya. Saya membeli potongan-potongan kayu jati dari rumah-rumah dinas karyawan Perum Jasa Tirta 2 (PJT 2) yang direnovasi,” terangnya.
Sosok Lain dari Jatiluhur
Waktu pengerjaan untuk sebuah miniatur kapal, sangat bergantung kepada ukuran dan jenis kapal. Makin tinggi tingkat kerumitannya, maka makin lama pula waktu pengerjaannya. Misalnya, untuk dua kapal pinisi dengan panjang 50 cm, waktu pengerjaannya mencapai satu minggu. “Jika pemesan ingin kapalnya lebih detail, waktu pengerjaannya bisa lebih lama,” ujarnya.

Untuk kapal/bahtera Nabi Nuh sepanjang 3 meter, pengerjaannya bisa mencapai sekitar tiga bulan, “Karena pengerjaannya sangat rumit,” imbuhnya.
Soal harga, juga tergantung jenis dan ukuran kapal. Untuk ukuran terkecil kapal pinisi, yakni 30 cm, seharga Rp250 ribu. Sedangkan untuk bahtera Nabi Nuh berukuran 3 meter, seharga Rp25 juta.
Masih dari Kawasan Jatiluhur, ada Tanissa Puti Rahmadiva. Dara berusia 24 tahun itu sejak 2021 mengakrabi eceng gondok (eichhornia crassipes) yang menghampar di perairan Waduk Jatiluhur. Bersama emak-emak warga sekitar, Tanissa mengolah tanaman gulma itu menjadi karya anyaman yang eye catching. Lihat saja, ada tas, sandal, topi, hiasan dinding, hingga tatakan gelas.
Editor : Iwan Setiawan